Breaking!
Loading...

Peran dan Kegunaan Konsep

loading...

Assalamualaikum kerabat. Pada postingan sebelumnya telah dibahas tentang Jenis-jenis Konsep. Untuk melanjutkan pembahasan tentang Pengertian dan Peranan Konsep, mari kita amati tulisan berikut ini mengenai Peran dan Kegunaan Konsep. Berikut ini adalah Peranan dan Kegunaan Konsep:

1. Konsep itu berguna untuk melakukan efisiensi dan efektivitas bagi manusia. Hal itu dapat kita pahami karena informasi-informasi itu kian terus bertambah banyak dan semuanya harus diidentifikasi dalam simbol-simbol yang dapat disepakati. Caranya adalah dengan merumuskannya dalam konsep-konsep yang mereduksi informasi-informasi tersebut menurut proporsi-proporsi yang dapat ditangani (Sjamsuddin, 1996: 15). Konsep mencakup kelas dari objek, peristiwa, individu atau ide. Kemudian konsep-konsep itu diterima melalui indra kita dan disusun serta disederhanakan berdasarkan persamaan karakteristiknya, namun belum begitu rinci (Fraenkel, 1980: 64-65).

Baca Juga: Rakyat Indonesia Mudah Diambil Hatinya

2. Melalui konsep dapat membuat klasifikasi atas beberapa individu, dengan karakteristik yang serupa kemudian diidentifikasi dan dicari dimana letak perbedaan-perbedaannya. Sehingga dalam klasifikasi (kategorisasi) tersebut begitu tampak perbedaan dan persamaannya. Contohnya, gunung; walaupun dari sekian gunung itu berbeda-beda tetapi gunung memiliki ciri-ciri yang sama, yaitu suatu bentuk daratan yang menjulang tinggi, kekar, sangat besar dan memiliki ketinggian sampai ribuan meter dari permukaan air laut. Contoh lainnya unggas, bervariasi dari jenis ayam, bebek, angsa sampai kepada jenis burung. Semuanya itu harus benar-benar teridentifikasi secara teliti, jangan sampai terjadi miskonsep yang dapat menimbulkan persepsi yang keliru dan fatal. Bayangkan jika manusia tidak mampu mengklasifikasikan sesuatu rangsangan yang kita lihat, raba, cium, bagaimana kita dapat membedakan mobil, gerobak dan kereta api? Bagaiman kita bisa membedakan binatang reptil, serangga, pengerat ataupun unggas? 

3. Konsep dapat berfungsi untuk mereduksi keperluan yang sering dikatakan berulang-ulang terhadap suatu kajian yang serupa dan sudah diketahui (Fraenkel, 1980: 65). Sebagai contoh jika jika kita telah mengetahui binatang itu burung maka burung pun terbagi-bagi dalam beberapa jenis, seperti burung gelatik, manyar, beo, pipit, gagak, perkutut, kutilang, kakatua, kepodang, samurai, cendrawasih, elang sampai burung hantu.

4. Konsep dapat berfungsi memudahkan kita untuk memecahkan masalah. Dengan menempatkan objek, individu, peristiwa ataupun ide ke dalam kategori yang benar, kita dapat memperoleh beberapa wawasan bagaimana menangani suatu masalah tertentu yang dihadapi (Fraenkel, 1980: 65). Sebagai contoh seseorang yang mengetahui bahwa ular pohon yang berwarna hijau itu beracun dan sangat berbahaya maka ia akan hati-hati jika ia memanjat pohon yang hijau dan sering dijadikan tempat persembunyian ular pohon tersebut.

5. Konsep juga berguna untuk menjelaskan (eksplanasi) sesuatu yang dianggap rumit maupun memerlukan keterangan yang cukup panjang dan rinci. Banyak konsep-konsep yang kita ketahui sekarang diperoleh melalui proses pembelajaran ataupun pengenalan dari konsep-konsep sebelumnya yang dianggap baru. Dengan demikian konsep bisa dijadikan alat yang mengandung karakteristik-karakteristik umum unutuk dianalisis, sekalipun rumit. Sebagai contoh, tentang konsep bahagia, hal ini memerlukan penjelasan yang memadai karena kriteria konsep bahagia tidaklah cukuo dengan banyaka materi ataupun bergembira dengan suasan hati yang meledak-ledak.

Baca Juga: Tips dan Trik Mengatasi Homesick

6. Kegunaan dari konsep yang lain adalah untuk menampakkan sesuatu dengan cermat lewat beberapa simbol. Itulah kelebihan insan manusia sebagai makhluk yang suka berpikir (homo sapiens). Tidak ada filsuf modern yang menjadikan simbol lebih sentral dalam pengembangan penafsiran tentang realitas, selain Ernest Cassirer yang tertuang dalam karyanya The Philosophy of Simbolic Form dan An Essay on Man bahwa manusia adalah homo symbolicum karena manusia makhluk yang suka menggunakan simbol-simbol (Cassirer, 1951). Sedikit berbeda dengan sejarawan Belanda Johan Huizinga di mana manusia sering disebut homo luden atau makhluk yang suka bermain. Kemudian menurut Erik Fromm manusia adalah homo esperans dan homo negans (Fromm, 1959). Begitu pun homo significan atau makhluk pemberi makna, homo mechanicus atau makhluk mekanik dan homo faber atau makhluk pembuat alat. Akan tetapi terdapat pula predikat yang mencemaskan dimana Thomas Hobbes (1651) menyebutnya homo homini lupus atau makhluk serigala bagi sesamanya. Demikianlah sebutan tentang manusia betapa luas dan kompleksnya perilaku manusia itu, di balik kemuliaannya, terdapat juga keserakahan yang melebihi makhluk-makhluk lainnya.

7. Sesuatu konsep pun mengandung konotasi negatif dinamakan stereotip (Fraenkel, 1980: 66-68). Konsep stereotip ini demikian melekat pada diri setiap etnis maupun individu, hanya kadar dan derajatnya lah yang membedakannya. Walter Lippman seorang wartawan senior Amerika Serikat sampai sekarang ini dianggap sebagai orang pertama yang merumuskan stereotip dan membahasnya secara ilmiah dalam buku Public Opinion (1922). Menurut Lippman (1922: 1) stereotip adalah gambaran di kepala yang merupakan rekonstruksi dari keadaan lingkungan untuk menggambarkan keadaan sebenarnya, dan stereotip berfungsi sebagai cara penyederhanaan untuk memberikan gambaran itu. Tetapi pada zaman sekarang ini stereotip diartikan sebagai infomasi yang salah sebagai lawan dari sosiotip yang ilmiah (Hayakawa, 1950: 209). Di Indonesia pun sering kita dengar ungkapan-ungkapan yang bernada stereotip. Contohnya, Jawa koek, Cina licik, Padang bengkok, Orang Tasik si tukang kredit, Dasar Batak si tukan copet, Irian si hitam legam dan lain sebagainya. Bahkan dikalangan orang Barat pun stereotip dan etnosentrisme pernah hidup dan berkembang.

Huntington (1998: 66) menyatakan bahwa  In the nineteenth century the idea of the white man's burden helped justify the extension of Western political and economic domination over non-western societies, yang pada gilirannya melahirkan imperialisme dan kolonialisme terhadap bangsa-bangsa kulit berwarna. Jika kita telusuri tentang stereotip tesebut, sebenarnya sangat tidak rasional dan merupakan bentuk pengkhianatan terhadap akal pikiran manusia.

Baca Juga: Mengatasi Android Tidak Terdeteksi di PC

8. Konsep mempunyai kegunaan yaitu sebagai katalisator atau penghubung maupun mata rantai antardisiplin ilmu, baik itu yang bersifat lintas disipliner, multidisipliner maupun interdisipliner. Sebagai contoh, konsep kerja sama bukan saja ditemukan dalam bidang sosial (sosiologi) tetapi juga budaya (antropologis), kemudian ekonomi (terdapat koperasi), maupun psikologi terutama dalam kajian empati dan solidaritas. Dalam bidang politik, konsep kerja sama tersebut akan tampak pada kajian integritas bangsa yang dibangun oleh solodaritas dan kesetiakawanan. 

Demikian artikel tentang Peran dan Kegunaan Konsep. Semoga bermanfaat, sampai jumpa pada postingan berikutnya. Wassalam.

Berikutnya: Pengertian dan Peranan Generalisasi
loading...
Previous
Next Post »
Thanks for your comment