Breaking!
Loading...

Manusia sebagai Kesatuan Badan-Roh

loading...

Assalamualaikum kerabat. Meneruskan artikel sebelumnya yaitu Pengertian Hakikat Manusia, tulisan kali ini membahas tentang Manusia Sebagai Kesatuan Badan-Roh. Masalah lain yang ditanyakan dan dipikirkan manusia - khusunya oleh para filsuf - yakni berkenaan dengan struktur metafisik manusia. Aspek apakah yang esensial pada diri manusia itu, badannya ataukah jiwa/rohaniyahnya? Terdapat empat paham yang menganai jawaban atas permasalahan tersebut, Materiaoisme, Idealisme, Dualisme, dan paham yang menyatakan bahwa manusia adalah kesatuan badan-roh (Note: paham ini belum ada sebuah aliran yang digunakan sebagai predikatnya).
1. Materialisme
Ide para penganut Materialisme seperti Julien de La Mettrie dan Ludwig Feurbach bertolak belakang dari realita sebagaimana bisa diketahui melalui pengalaman diri atau observasi. Karena itu, alam semesta atau realitas ini tiada lain adalah serba materi, serba zat, atau benda. Manusia adalah bagian dari alam semesta sehingga manusia tidak berbeda dari alam itu sendiri. Sebagai bagian dari alam semesta manusia tunduk pada hukum alam, hukum kualitas, hukum sebab-akibat atau stimulus - respons. 

Manusia dipandang sebagai hasil puncak rantai evolusi alam semesta sehingga mekanisme tingkah lakunya (stimulus - respons) semakin efektif. Yang esensial dari seorang manusia ialah badannya, bukan jiwa atau juga rohnya. Manusia merupakan makhluk yang nampak dalam wujudnya, terdiri atas zat, (daging, tulang, urat syaraf). Segala sesuatu yang bersifat kejiwaan, spiritual atau rohaniah pada manusia dipandang hanya sebagai resonansi saja dari berfungsinya badan atau organ tubuh. Pandangan hubungan antara badan dan jiwa seperti itu dikenal sebagai Ephiphenomenalisme (J.D.BUtler, 1968). 

2. Idealisme
Bertolak belakang dengan pandangan di atas, menurut penganut Idealisme bahwa esesns diri manusia adalah jiwanya atau spiritnya atau rohaninya. Hal ini sebagaimana dianut oleh Plato. Sekalipun Plato tidak begitu saja mengingkari aspek badan, namun menurut dia, jiwa mempunyai keudukan lebih tinggi daripada badan. Dalam kaitannya dengan badan, jiwa berperan sebagai pemimpin badan, jiwalah yang memepengaruhi badan karena itu badan memiliki ketergantungan pada jiwa. Jiwa adalah asas primer, aspek utama yang menggerakan semua aktivitas manusia, badan tanpa jiwa tiada memiliki daya. Pandangan tentang hubungan antara badan dan jiwa seperti itu dikenal dengan sebutan spiritualisme.
3. Dualisme. 
Dalam uraian di atas tampak adanya dua pandangan yang bertolak belakang. Pandangan pihak pertama bersifat monis-materialis, sedangkan pandangan pihak kedua bersifat monis-spiritualis. Paham lain yang secara tegas bersifat dualistik yakni pandangan dari Rene Descartes (C.A van Peursen (1982). Menurut Descartes esensi diri manusia terdiri dari dua substansi, yaitu badan dan jiwa. Oleh karena itu, manusia terdiri atas dua substansi yang berbeda (badan dan jiwa) maka antara keduanya tidak terdapat hubungan saling mempengaruhi, namun demikian setiap peristiwa kejiwaan selalu paralel dengan peristiwa badaniah atau sebaliknya.

Berbeda dengan ketiga paham di atas, ada pandanga tentang manusia sebagai kesatuan dari hal yang bersifat badani dan rohani yang pada hakikatnya berbeda dari benda material, tumbuhan, hewan maupun Tuhan (E.F. Schumacher, 1980). Dengan demikian meski manusia merupakan perpaduan dua unsur yang berbeda, roh dan badan, namun ia merupakan pribadi yang terintegrasi. Berdasarkan penegasan ini jelaslah bahwa manusia itu adalah kesatuan badan-rohani.

Sebagai kesatuan badani-rohani, manusia hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu, serta mempunyai tujuan. Well kerabat, oleh karena itu, manusia mempunyai potensi untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan potensi untuk berbuat baik, potensi berkehendak (karsa), dan memiliki potensi untuk berkarya. Adapun dalam eksistensinya manusia memiliki aspek individualitas, sosialitas, moralitas, keberbudayaan dan kebragamaan. Kesimpulannya maka manusia itu berkomunikasi atau berinteraksi, memiliki historisitas dan dinamika. Demikian artikel tentang Manusia Sebagai Kesatuan Badan-Roh. Semoga bermanfaat, wassalam.

Sebelumnya: Manusia sebagai Makhluk Tuhan          Selanjutnya: Manusia sebagai Makhluk Individu
loading...
Previous
Next Post »
Thanks for your comment