Breaking!
Loading...

Apa Sih Marah itu? - Apa Kata Para Psiklog

loading...

Assalamualaikum kerabat. Pada postingan kali ini akan dibahas menganai Apa Sih Marah itu? - Marah yang Bijak Vs Marah Tak Terkendali. Sebelum melanjutkan mari simak percakapan antara Ibu dan anak di bawah ini:
Ibu: Kakaaaaaaak! Kenapa sih gak pernah mau dengar Ibu? Selalu aja bikin ibu kesel!
Anak: Aaaaaa. Ibu jahat! (sambil menangis)
Dari percakapan tersebut apakah Bunda pernah mengalaminya? Bunda menyebutnya dengan apa? Marahkah?
Baca Juga: Sekali Mebentak Milyaran Sel Otak Anak Rusak
Ayah dan Bunda pasti sudah tahu bahwa marah tanpa kendali terhadap anak sebagai respon atas perilaku anak, justru akan memberikan dampak buruk pada anak secara psikologis, baik saat sekarang atau kelak ketika anak mulai beranjak remaja. Belum lagi jika ada rasa tidak nyaman yang menghinggapi Ayah Bunda setelahnya. Perasaan ini muncul bersamaan dengan penyesalan yang mendalam, bahkan tak jarang sampai menitikkan air mata sambil memandangi wajah polos buah hati tercinta saat mereka tidur. Padahal apa yang sudah dilakukan orang tua terhadap anak tidak mungkin dapat diulang lagi meskipun sangat ingin.


Masih menjadi keresahan para Ayah Bunda adalah bagaimana mengatasi persoalan tersebut. Bunda, banyak dari orang tua terkadang marah tanpa kendali untuk hal-hal seperti berikut:

1. Anak belum mandi 
2. Anak belum mau gosok gigi
3. Anak belum mau tidur
4. Anak terlambat bangun
5. Anak belum mau makan
6. Anak membuat berantakan dapur
7. Anak belum membereskan mainannya
8. Anak menjatuhkan gelas
9. Dan hal-hal lain semacamnya

Nah, sekarang saya akan mengajak Ayah Bunda untuk menelaah segala sesuatu yang berkaitan dengan marah. Sebelumnya akan kita ulas dulu apa makna marah itu sendiri.

Apa yang muncul secara visual di kepala Ayah atau Bunda ketika membaca atau mendengar kata 'marah'? Apakah salah satu dari deretan kata seperti berikut ini: suara yang keras?; kata-kata yang kasar?; mata melotot?; tangan di pinggang?; atau pukulan?


Sebelum membahas lebih lanjut, ada baiknya kita bongkar dan telaah makna marah dari berbagai sumber terlebih dahulu. Bunda, para psikolog membedakan emosi ke dalam dua kategori:

1. Emosi dasar
2. Emosi campuran
Baca Juga: Cara Menghafal dengan Cepat
R. Plutchik misalnya dia mengungkapkan bahwa ada empat emosi datar dala diri manusia, yaitu kegembiraan (joy), ketakutan (fear), kesedihan (sadness), dan kemarahan (anger). Keempat jenis emosi umumnya disepakati sebagai emosi dasar.

Adapun menurut Paul Ekman, salah seorang peneliti emosi terkemuka mengungkapkan bahwa manusia memiliki enam emosi dasar yakni, fear, anger, sadness, happines, disgust, dan surprise. Emosi dasar itu dipercaya dimiliki oleh semua manusia dari budaya mana pun juga, termasuk Ayah dan Bunda sekalian.

Sarlito Wirawan, seorang psikolog dalam negeri mengungkapkan kesimpulan bahwa 'Para peneliti mendapatkan buktui yang sangat meyakinkan bahwa setidaknya terdapat enam bentuk emosi yang dapat diidentifikasikan di seluruh dunia, yaitu rasa gembira, takut, marah, jijik, sedih dan terkejut.

Dari pendapat beberapa pakar tersebut, bukan masalah apakah kita sepakat akan pendapat pertama atau kedua, pastinya bahwa jenis emosi yang akan kita bahas di sini adalah emosi marah, termasuk dalam pendapat keduanya.

Jadi, yang dinamakan dengan emosi campuran adalah perpaduan di antara keenam emosi dasar tersebut atau perpaduan dengan emosi lainnya yang akan melahirkan emosi tertentu. Misalnya jika Bunda merasakan emosi senang dan penerimaan secara bersamaan, akan melahirkan emosi cinta.
Baca Juga: Cara Memasang Iklan Melayang Di Blog
Begitu juga jika Ayah merasakan emosi sedih dan kejutan secara bersamaan, akibatnya akan melahirkan kekcewaan yang mendalam. Mungkin juga terjadi kombinasi antara dua emosi tidak sejenis, misalnya antara cinta dan marah yang akan melahirkan rasa cemburu. Nah, para Bunda dan Ayah tahu bukan jika sedang merasa cemburu, artinya ada rasa marah yang dibalut dengan cinta?

Selanjutnya fokus bahasan kita adalah tentang emosi marah. Adapun makna marah itu sendiri menurut Kamus Dewan Edisi ke-3 adalah merujuk pada berasa panas dalam hati karena ditipu, dihina perasaan panas hati, berang, gusar ataupun murka.

Jika diterjemahkan dalam konteks pembahasan kita kali ini, marah adalah sikap rasa kesal pada diri seseorang ketika ada sesuatu yang tidak sejalan dengan keinginannya atau harapan-harapannya. Jadi, seandainya Bunda Ayah marah terhadap anak, pada saat itu Ayah dan Bunda menganggap perilaku si buah hati sedang tidak sejalan dengan keinginan dan harapan-harapan Ayah Bunda begitu bukan? Meskipun sesungguhnya jika kita perhatikan baik-baik, marah tanpa kendali tidak dapat mengubah perilaku siapa pun.

Nah, sampai di sini dulu pembahasan mengenai Apa Sih Marah itu?, pada tulisan berikutnya akan kita bahas perihal marah yang bijak dan marah tanpa kendali. Jadi tunggu dan tetap dekat dengan MG ya. Wassalam.
Berikutnya: Marah Tak Terkendali Vs Marah yang Bijak
loading...
Previous
Next Post »
Thanks for your comment