loading...
Sejak kelahirannya manusia memang adalah manusia, tetapi ia tidak secara otomatis menjadi manusia dalam arti dapat memenuhi berbagai aspek hahikat manusia. Dalam konteks ini dapat kita pahami bahwa manusia hidup di dunia dalam keadaan belum tertentukan menjadi apa atau menjadi siapa nantinya, karena itu aspek-aspek hakikat manusia sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, pada dasarnya merupakan potensi sekaligus adalah sebagai tugas yang harus diwujudkan oleh setiap orang.
Sebagai individu atau pribadi, manusia bersifat otonom, ia bebas menetukan pilihan mau menjadi apa atau menjadi siapa di masa depannya. Jika demikian halnya, benarkah bahwa mewujudkan berbagai aspek hakikat manusia (atau menjadi manusia) adalah tugas setiap orang? Jika setiap orang bebas menentukan pilihannya, bukankah berarti ia bebas pula menentukan pilihan untuk tidak menjadi manusia?
Memang setiap orang bebas menentukan untuk menjadi apa dan menjadi siapa nantinya di masa depan, tetapi sejalan dengan konsep yang telah diuraikan terdahulu bahwa bereksistensi berarti berupaya secara aktif dan secara bertanggung jawab untuk mengadakan diri sebagai manusia. Jika saja seseorang memilih untuk tidak berupaya menjadi manusia atau tidak berusaha mewujudakan aspek-aspek hakikatnya sebagai seorang manusia, maka dengan demikian yang bersangkutan menurunkan martabat dan derajat kemanusiaannya.
Dalam konteks inilah manusia menjadi kurang atau tidak manusiawi, kurang atau tidak bertanggungjawab atas keberadaan dirinya sebagai manusia. Ia menurunkan martabatnya dari tingkat human ke tingkat benda. Sebagai pribadi setiap orang memang otonom, ia bebas menentukan pilihannya, tetapi bahwa bebas itu selalu berarti terikat pada nilai-nilai tertentu yang menjadi pilihannya dan dengan kebebabasannya itulah setiap individu bertanggungjawab serta akan dimintai pertanggungjawaban.
Oleh sebab itu tiada makna lain bahwa tujuan sebagai manusia adalah mengemban tugas dan memiliki tujuan untuk dapat menjadi manusia, atau bertugas mewujudkan berbagai aspek hakikat manusia. Menurut Karl Jaspers yang menyatakan : "to be a man is to become a man", ada sebagai manusia adalah menjadi manusia (Fuad Hasan, 1973). Kesimpulannya jika seseorang tidak selalu berupaya untuk menjadi manusia maka ia tidaklah berada sebagai manusia.
Berbagai aspek hakikat manusia landasannya adalah potensi yang harus diwujudkan setiap orang, karena itu bahwa berbagai aspek hakikat manusia merupakan sosok manusia yang ideal, merupakan gambaran dari manusia yang dicita-citakan atau yang menjadi tujuan. Sosok manusia yang ideal tersebut belum terwujud melainkan harus diupayakan untuk diwujudkan.
Sebelumnya: Manusia sebagai Makhluk yang belum selesai
Selanjutnya: Perkembangan Manusia Bersifat Terbuka
loading...
ConversionConversion EmoticonEmoticon