Breaking!
Loading...

Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan

loading...

Assalamualaikum kerabat. Pada kesempatan kali ini akan dibahas tentang Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan. Hal ini meliputi dua pokok permasalahan, yaitu tentang mengapa manusia harus atau perlu dididik, dan mengapa manusia mungkin atau dapat dididik. 

A. Asas-asas Keharusan atau Perlunya Pendidikan Bagi Manusia
1. Manusia sebagai Makhluk yang belum selesai

Manusia tidak akan dapat menciptakan dirinya sendiri, keberadaan manusia di dunia ini bukan juga karena sebagai hasil evolusi tanpa pencipta sebagaimana diyakini para penganut evolusionisme. Melainkan adanya manusia adalah sebagai ciptaan Tuhan. Lalu setelah diciptakan Tuhan dan setelah kelahirannya di dunia, apakah manusia sudah selesai menjadi manusia?

Mari bandingkan antara manusia dengan benda. Sama halnya dengan manusia, benda-benda juga adalah ciptaan Tuhan. Namun demikian benda berbeda dengan manusia, antara lain dalam hal cara beradanya. Benda-benda hanya terletak begitu saja di dunia, tidak aktif mengadakan dirinya, dan tidak memiliki hubungan dengan keberadaannya. 

Contohnya, sebatang kayu yang tergeletak diambil manusia, lalu dijadikan kursi. kayu tentu tidak aktif mengadakan "dirinya" untuk menjadi kursi, melainkan dibuat menjadi kursi oleh manusia; dan kita tidak dapat mengatakan bahwa kursi bertanggung jawab atas fakta bahwa ia adalah kursi. 

Oleh sebab itu dalam istilah Martin Heidegger benda-benda disebut sebagai yang berada atau seinde, dan bahwa benda-benda hanya vorhanden, yang artinya hanya terletak begitu saja di depan orang, tanpa ada hubungannya dengan orang itu; benda-benda baru berarti sebagai sesuatu, misalnya sebagai kursi jika benda tersebut dihubungkan dengan manusia, ia bereksistensi di dunia.
Artinya, manusia secara aktif "mengadakan" dirinya, tetapi bukan dalam arti menciptakan dirinya sebagai mana Tuhan menciptakan manusia, melainkan manusia harus bertanggung jawab atas keberadaan dirinya, ia harus bertanggung jawab menjadi apa atau menjadi siapa nantinya. Bereksistensi berarti merencanakan, berbuat, dan menjadi sehingga dengan demikian setiap saat manusia dapat menjadi lebih atau kurang dari keadaannya.

Dalam kalimat lain dapat dinyatakan bahwa manusia bersifat terbuka, manusia adalah makhluk yang belum selesai "mengadakan" dirinya. Sejalan dengan pernyataan itu, telah dikemukakan dalam artikel sebelumnya bahwa sebagai kesatuan badan-rohani manusia memiliki historisitas dan hidup bertujuan. 

Oleh sebab itu eksistensi manusia sangat terpaut dengan masa lalunya. Ia ada karena diciptakan oleh Tuhan dan lahir ke dunia dalam keadaan tidak berdaya sehingga membutuhkan bantuan kedua orang tuanya atau orang lain, dan seterusnya, dan sekaligus menjangkau masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Manusia berada dalam perjalanan hidup, pengembangan diri dan perkembangan. Ia adalah manusia, tetapi sekaligus "belum selesai" mewujudkan diri sebagai manusia.

loading...
Previous
Next Post »
Thanks for your comment