loading...
Model Pembelajaran Tipe Mind Mapping
A. Pengertian Model Pembelajaran Mind Mapping
Mind Mapping adalah suatu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kreatifitas, daya hafal, pengetahuan, keaktifan, dan kemandirian para siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aris Shoimin (2014: 105) menyatakan Mind Mapping atau peta pikiran adalah sebuah tekhnik yang memanfaatkan seluruh otak untuk menggunakan citra visual dan prasarana grafis untuk membentuk atau memberi kesan dan makna. Sedangkan Michalko dalam Tony Buzan 2013: 2, berpendapat Mind Maping adalah suatu alternatif pemikiran dari keseluruhan otak terhadap pemikiran linier. Mind Maping mampu menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut.
Mind Mapping atau Peta Pikiran dalam bahasa Indonesia, merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan seorang bernama Tony Buzan. Mind Mapping adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan siswa untuk mengingat banyak informasi. Setelah selesai catatan yang dibuat dapat membentuk sebuah pola atau gagasan yang saling berkaitan dengan topik utama di tengah-tengah. Sementara subtopik dan perinciannya menjadi cabang-cabang. Cabang-cabang ini juga bisa berkembang lagi sampai ke materi yang lebih kecil lagi. Sebagaimana halnya struktur keturunan seorang manusia yang bisa berkembang terus sampai hari akhir, sampai terbentuklah sebuah sistem keturunan manusia dari hidup sampai hari akhir.
Belajar dengan berbasiskan pada konsep Peta Pikiran atau Mind Mapping adalah suatu cara belajar menggunakan konsep pembelajaran komprehensif Total-Mind Learning atau biasa disingkat TML. Pada konteks TML ini, pembelajaran mendapatkan arti yang lebih luas. Bahwa disetiap saat dan di setiap tempat semua makhluk hidup di muka bumi ini belajar, karena belajar merupakan sebuah proses alamiah. Semua makhluk di muka bumi belajar menyikapi berbagai stimulus dari lingkungan sekitar tempat mereka hidup dan tinggal untuk bertahan hidup.
Tony Buzan (2013: 15) menyatakan ada 7 langkah dalam membuat mind maping, yakni: Mulailah dari bagian paling tengah sebuah kertas kosong yang diletakkan secara mendatar. Mulailah dari tengah untuk memberi kebebasan kepada otak dalam menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan lebih alami.
Mind Mapping atau Peta Pikiran dalam bahasa Indonesia, merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan seorang bernama Tony Buzan. Mind Mapping adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan siswa untuk mengingat banyak informasi. Setelah selesai catatan yang dibuat dapat membentuk sebuah pola atau gagasan yang saling berkaitan dengan topik utama di tengah-tengah. Sementara subtopik dan perinciannya menjadi cabang-cabang. Cabang-cabang ini juga bisa berkembang lagi sampai ke materi yang lebih kecil lagi. Sebagaimana halnya struktur keturunan seorang manusia yang bisa berkembang terus sampai hari akhir, sampai terbentuklah sebuah sistem keturunan manusia dari hidup sampai hari akhir.
Belajar dengan berbasiskan pada konsep Peta Pikiran atau Mind Mapping adalah suatu cara belajar menggunakan konsep pembelajaran komprehensif Total-Mind Learning atau biasa disingkat TML. Pada konteks TML ini, pembelajaran mendapatkan arti yang lebih luas. Bahwa disetiap saat dan di setiap tempat semua makhluk hidup di muka bumi ini belajar, karena belajar merupakan sebuah proses alamiah. Semua makhluk di muka bumi belajar menyikapi berbagai stimulus dari lingkungan sekitar tempat mereka hidup dan tinggal untuk bertahan hidup.
Tony Buzan (2013: 15) menyatakan ada 7 langkah dalam membuat mind maping, yakni: Mulailah dari bagian paling tengah sebuah kertas kosong yang diletakkan secara mendatar. Mulailah dari tengah untuk memberi kebebasan kepada otak dalam menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan lebih alami.
- Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral, suatu gambar bisa bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi dengan lebih baik. Sebuah gambar akan lebih menarik, membuat kita tetap fokus, membantu berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.
- Gunakan warna. Bagi otak warna sama menariknya dengan sebuah gambar. Warna membuat mind maping menjadi lebih hidup, memberikan energi tambahan pada pemikiran kreatif dan menyenangkan.
- Hubungkan cabang-cabang ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang kedua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Otak kita bekerja menurut asosiasi, otak lebih senang mengaitkan dua hal atau lebih sekaligus. Apabila kita menghubungkan cabang-cabang tersebut maka kita akan lebih mudah mengerti dan mengingat.
- Buatlah garis yang melengkung bukan garis lurus. Cabang-cabang yang melengkung dan organis jauh lebih menarik untuk mata.
- Gunakan satu kata kunci untuk setiap satu garis. Kata kunci yang tunggal memberi banyak daya dan fleksibilitas kepada mind maping.
- Gunakan juga gambar pada setiap cabang dari mind maping, seperti halnya gambar sentral, setiap gambar dapat bermakna seribu kata.
B. Karakteristik Mind Mapping (Peta Pikiran)
Pada dasarnya metode mencatat seperti ini berangkat dari hasil sebuah penelitian tentang bagaimana cara otak memperoses sebuah informasi. Awalnya para ilmuan menduga bahwa otak memperoses dan menyimpan informasi secara linier. Seperti metode mencatat tradisional pada umumnya. Akan tetapi sekarang para ilmuwan mendapati fakta bahwa otak mengambil informasi secara campuran melobatkan gambar, bunyi, aroma, pikiran dan perasaan. Kemudian memisah-misahkan informasi tersebut ke dalam bentuk linier, misalnya saja dalam bentuk tulisan atau orasi. Saat otak mengingat suatu informasi biasanya didapat dalam bentuk gambar warna warni, simbol, bunyi, dan perasaan.
Oleh karena itu supaya peta pikiran dapat berfungsi secara maksimal sebaiknya dibuat dengan warna warni dan menggunakan banyak gambar atau simbol, sehingga akan tampak seperti karya seni. Hal ini bertujuan supaya metode mencatat ini dapat membantu individu mengingat perkataan dan juga bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap suatu materi, membantu mengorganisasikan sebuah materi dan memberikan wawasan baru. Mind Maping menirukan proses berfikir seperti ini, memungkinkan suatu individu berpindah-pindah topik. Individu merekam informasi yang didapat melalui simbol, gambar, arti emosional, dan warna. Mekanisme ini sama persis dengan cara otak saat memperoses berbagai informasi yang masuk. Dan karena peta pikiran melibatkan kedua belah otak, kamu dapat mengingat informasi dengan jauh lebih mudah
B. Karakteristik Mind Mapping (Peta Pikiran)
Pada dasarnya metode mencatat seperti ini berangkat dari hasil sebuah penelitian tentang bagaimana cara otak memperoses sebuah informasi. Awalnya para ilmuan menduga bahwa otak memperoses dan menyimpan informasi secara linier. Seperti metode mencatat tradisional pada umumnya. Akan tetapi sekarang para ilmuwan mendapati fakta bahwa otak mengambil informasi secara campuran melobatkan gambar, bunyi, aroma, pikiran dan perasaan. Kemudian memisah-misahkan informasi tersebut ke dalam bentuk linier, misalnya saja dalam bentuk tulisan atau orasi. Saat otak mengingat suatu informasi biasanya didapat dalam bentuk gambar warna warni, simbol, bunyi, dan perasaan.
Oleh karena itu supaya peta pikiran dapat berfungsi secara maksimal sebaiknya dibuat dengan warna warni dan menggunakan banyak gambar atau simbol, sehingga akan tampak seperti karya seni. Hal ini bertujuan supaya metode mencatat ini dapat membantu individu mengingat perkataan dan juga bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap suatu materi, membantu mengorganisasikan sebuah materi dan memberikan wawasan baru. Mind Maping menirukan proses berfikir seperti ini, memungkinkan suatu individu berpindah-pindah topik. Individu merekam informasi yang didapat melalui simbol, gambar, arti emosional, dan warna. Mekanisme ini sama persis dengan cara otak saat memperoses berbagai informasi yang masuk. Dan karena peta pikiran melibatkan kedua belah otak, kamu dapat mengingat informasi dengan jauh lebih mudah
C. Kelemahan Catatan linier dan Kelebihan Mind Mapping
Mind Mapping ini memungkinkan kita untuk bisa menyusun sebuah fakta dan pikiran dengan melibatkan cara kerja alami otak kita, sehingga dalam mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa di andalkan ketimbang menggunakan teknik pencatatan tradisional. Yuliatul dalam Guspriyanto 2012: 23, menjelaskan kekurangan dari catatan linier sebagai berikut:
1. Waktu terbuang untuk menulis kata-kata yang tidak berhubungan dengan ingatan.
2. Waktu terbuang untuk membaca kembali kata-kata yang tidak perlu.
3. Waktu terbuang untuk mencari kata kunci pengingat.
4. Hubungan kata kunci pengingat akan terputus oleh kata-kata yang memisahkan.
5. Kata kunci pengingat yang terpisah oleh jarak.
Michalko dalam Tony Buzan (2008: 8), menyatakan Mind Mapping mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
1. Mengaktifkan kemampuan seluruh otak.
Michalko dalam Tony Buzan (2008: 8), menyatakan Mind Mapping mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
1. Mengaktifkan kemampuan seluruh otak.
2. Membersihkan akal dari penyusutan mental.
3. Memungkinkan kita untuk lebih berfokus pada pokok bahasan.
4. Membantu kita menunjukan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah.
5. Memberi gambaran yang lebih jelas pada kesuluruhan dan perincian.
6. Memungkinkan kita untuk mengelompokan konsp-konsep, dan membantu kita membandingkanya.
Senada dengan Michalko, Alamsyah (2009: 23) menjelasakan 7 manfaat menggunakan metode Mind Mapping (peta pikiran) yaitu:
1. Dapat memungkinkan kita melihat gambaran secara menyeluruh dengan lebih jelas.
Senada dengan Michalko, Alamsyah (2009: 23) menjelasakan 7 manfaat menggunakan metode Mind Mapping (peta pikiran) yaitu:
1. Dapat memungkinkan kita melihat gambaran secara menyeluruh dengan lebih jelas.
2. Dapat memungkinkan kita melihat detilnya tanpa kehilangan ‘benang merah’ antar topik.
3. Terdapat pengelompokkan-pengelompokkan informasi.
4. Menarik perhatian mata dan tidak terlihat membosankan.
5. Memudahkan kita untuk tetap berkonsentrasi.
6. Proses pembuatannya cukup menyenangkan karena melibatkan gambar, warna, dan lain-lain.
7. Mudah mengingat informasi yang ada karena penanda-penanda visualnya.
D. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Mind Mapping
Model Mind Mapping dapat membuat suasana dalam belajar menjadi lebih menyenangkan dan membangkitkan minat belajar para siswa. Siswa didorong untuk menggunakan imajinasi emereka dan pengetahuannya untuk membuat sebuah mind maping sesuai dengan materi yang sudah diajarkan.
Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran Mind Mapping adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan kompetensi pembelajaran dan memberikan penjelasan singkat mengenai materi pembelajaran yang akan dipelajari.
2. Membagi siswa kedalam beberapa kelompok untuk membuat Mind Mapping.
3. Siswa bekerja secara kelompok untuk membuat Mind Mapping.
4. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
5. Membuat kesimpulan dari pembelajaran.
5. Memudahkan kita untuk tetap berkonsentrasi.
6. Proses pembuatannya cukup menyenangkan karena melibatkan gambar, warna, dan lain-lain.
7. Mudah mengingat informasi yang ada karena penanda-penanda visualnya.
Model Mind Mapping dapat membuat suasana dalam belajar menjadi lebih menyenangkan dan membangkitkan minat belajar para siswa. Siswa didorong untuk menggunakan imajinasi emereka dan pengetahuannya untuk membuat sebuah mind maping sesuai dengan materi yang sudah diajarkan.
Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran Mind Mapping adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan kompetensi pembelajaran dan memberikan penjelasan singkat mengenai materi pembelajaran yang akan dipelajari.
2. Membagi siswa kedalam beberapa kelompok untuk membuat Mind Mapping.
3. Siswa bekerja secara kelompok untuk membuat Mind Mapping.
4. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
5. Membuat kesimpulan dari pembelajaran.
6. Memberikan evaluasi di akhir pembelajaran.
Untuk membuat Mind Mapping, guru sebaiknya menggunakan bolpoint yang bewarna dan memulai dari bagian tengah kertas. Kalau bisa guru menggunakan kertas secara melebar atau mendatar untuk mendapatkan lebih banyak tempat di kertas. Lalu ikuti langkah-langkah berikut ini;
Untuk membuat Mind Mapping, guru sebaiknya menggunakan bolpoint yang bewarna dan memulai dari bagian tengah kertas. Kalau bisa guru menggunakan kertas secara melebar atau mendatar untuk mendapatkan lebih banyak tempat di kertas. Lalu ikuti langkah-langkah berikut ini;
a. Tulis gagasan utama di tengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan lingkaran, persegi, atau bentuk lainnya.
b. Tambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung dari jumlah gagasan dan segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap cabang.
c. Tuliskan kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkannya untuk detail. Kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatan anda. Jika anda menggunakan singkatan tersebut sehingga anda dengan mudah segera mengingat artinya selama berminggu-minggu setelahnya.
d. Tambahkan simbol-simbol dan llustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik.
Agar peta pikiran lebih mudah di ingat, guru hendaknya memperhatikan beberapa cara berikut ini.
1. Tuliskan atau ketiklah secara rapi dengan menggunaka huruf-huruf kapital.
2. Tulislah gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar sehingga terliihat menonjol dan berbada dengan yang lain.
3. Gambarkan peta pikiran dengan hal-hal yang berhubungan dengan anda. Simbol jam mungkin berarti bahwa benda ini memiliki tenggang waktu yang penting. Sebagian orang menggunakan anak panah untuk menunjukkan tindakan-tindakan yang harus mereka lakukan.
4. Garis bawahi kata-kata itu. Gunakan huruf tebal.
5. Bersikaplah kreatif dan berani dalam desain, sebab otak kita lebih mudah mengingat hal yang tidak biasa.
6. Gunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukksn hal-hal atau gagasan-gagasan tertentu.
7. Ciptakanlah peta pikiran anda secara horisontal untuk memperbesar ruang bagi pekerjaan anda.
E. Karakteristik Concept Mapping
1. Pengertian Konsep dan Peta konsep
Konsep atau pengertian merupakan kondisi utama ynag diperlakukan untuk menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya. Carrol (dalam Kardi, 1997: 2) mendifinisikan konsep sebagai suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Abstraksi, berarti suatu proses pemusatan perhatian perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain.
Peta konsep adalah ilustrasi grafis yang konkret yang mengindikasikan bagaimana suatu konsep tunggal dihubungkan dengan konsep lain. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka dahar (1989) yang dikutip oleh Erman (2003), mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:
c. Tuliskan kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkannya untuk detail. Kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatan anda. Jika anda menggunakan singkatan tersebut sehingga anda dengan mudah segera mengingat artinya selama berminggu-minggu setelahnya.
d. Tambahkan simbol-simbol dan llustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik.
Agar peta pikiran lebih mudah di ingat, guru hendaknya memperhatikan beberapa cara berikut ini.
1. Tuliskan atau ketiklah secara rapi dengan menggunaka huruf-huruf kapital.
2. Tulislah gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar sehingga terliihat menonjol dan berbada dengan yang lain.
3. Gambarkan peta pikiran dengan hal-hal yang berhubungan dengan anda. Simbol jam mungkin berarti bahwa benda ini memiliki tenggang waktu yang penting. Sebagian orang menggunakan anak panah untuk menunjukkan tindakan-tindakan yang harus mereka lakukan.
4. Garis bawahi kata-kata itu. Gunakan huruf tebal.
5. Bersikaplah kreatif dan berani dalam desain, sebab otak kita lebih mudah mengingat hal yang tidak biasa.
6. Gunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukksn hal-hal atau gagasan-gagasan tertentu.
7. Ciptakanlah peta pikiran anda secara horisontal untuk memperbesar ruang bagi pekerjaan anda.
E. Karakteristik Concept Mapping
1. Pengertian Konsep dan Peta konsep
Konsep atau pengertian merupakan kondisi utama ynag diperlakukan untuk menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya. Carrol (dalam Kardi, 1997: 2) mendifinisikan konsep sebagai suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Abstraksi, berarti suatu proses pemusatan perhatian perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain.
Peta konsep adalah ilustrasi grafis yang konkret yang mengindikasikan bagaimana suatu konsep tunggal dihubungkan dengan konsep lain. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka dahar (1989) yang dikutip oleh Erman (2003), mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:
Pata konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep suatu bidang studi, apakah itu fisika, kimia, biologi atau matematika. Dengan mengguanakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.
Sebuah peta konsep berisikan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi. Ciri inilah yang memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antar konsep-konsep. Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini artinya ada konsep yang lebih inklusif dari konsep-konsep yang lain. Bila dua atau lebih konsep digambarkan dibawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah hirarki pada peta konsep tersebut.
Berdasarkan ciri tersebut, maka sebaiknya peta konsep disusun secara hirarki, artinya konsep yang lebih inklusif diletakkan pada puncak peta, makin kebawah konsep-konsep diurutkan mnejadi konsep yang kurang inklusif. Dalam matematika peta konsep peta konsep membuat informasi abstrak menjadi kongret dan sangat bermanfaat meningkatkan ingatan suatu suatu konsep pembelajaran, dan menunjukkan pada siswa bahwa pemikiran itu mempunyai bentuk.
2. Gagasan-gagasan yang Mendasari Pembentukan Peta Konsep
Terdapat tiga gagasan dalam teori belajar kognitif Ausabel yang mendasari pembentukan peta konsep. Pertama, struktur kognitif itu tersusun secara hierarkis dengan konsep dan proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus. Kedua, konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif, yaitu belajar bermakna merupakan suatu proses kontinu di mana konsep-konsep baru meningkat artinya bila diperoleh hubungan-hubungan baru (hubungan proposional). Jadi, konsep-konsep itu tidak pernah “tuntas dipelajari”, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih eksplisit dan lebih inklusif karena konsep-konsep itu secara progresif mengalami deferensiasi. Yang ketiga, penyesuain integratif adalah salah satu prinsip belajar yang menyatakan bahwa belajar bermakna meningkat apabila pelajar mengenal hubungan-hubungan yang baru antara satu konsep atau proposisi yang saling berhubungan.
3. Kegunaan Peta Konsep
Dalam pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan, antara lain;
Berdasarkan ciri tersebut, maka sebaiknya peta konsep disusun secara hirarki, artinya konsep yang lebih inklusif diletakkan pada puncak peta, makin kebawah konsep-konsep diurutkan mnejadi konsep yang kurang inklusif. Dalam matematika peta konsep peta konsep membuat informasi abstrak menjadi kongret dan sangat bermanfaat meningkatkan ingatan suatu suatu konsep pembelajaran, dan menunjukkan pada siswa bahwa pemikiran itu mempunyai bentuk.
2. Gagasan-gagasan yang Mendasari Pembentukan Peta Konsep
Terdapat tiga gagasan dalam teori belajar kognitif Ausabel yang mendasari pembentukan peta konsep. Pertama, struktur kognitif itu tersusun secara hierarkis dengan konsep dan proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus. Kedua, konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif, yaitu belajar bermakna merupakan suatu proses kontinu di mana konsep-konsep baru meningkat artinya bila diperoleh hubungan-hubungan baru (hubungan proposional). Jadi, konsep-konsep itu tidak pernah “tuntas dipelajari”, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih eksplisit dan lebih inklusif karena konsep-konsep itu secara progresif mengalami deferensiasi. Yang ketiga, penyesuain integratif adalah salah satu prinsip belajar yang menyatakan bahwa belajar bermakna meningkat apabila pelajar mengenal hubungan-hubungan yang baru antara satu konsep atau proposisi yang saling berhubungan.
3. Kegunaan Peta Konsep
Dalam pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan, antara lain;
a. Menyelidiki apa yang diketahui siswa.
Dengan menggunakan peta konsep, guru dapat melaksanakan apa yang telah dikemukakan di atas sehingga pada para siswa diharapkan akan terjadi belajar bermakna. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan guru untuk maksud ini adalah dengan memilih satu konsep utama (key concept) pokok bahasan baru yang akan dibahas. Para siswa diminta untuk menyusun peta konsep yang memperlihatkan semua konsep yang dapat mereka kaitkan pada konsep utama itu, serta hubungan-hubungan antara konsep-konsep yang mereka gambar itu. Dengan melihat hasil peta konsep yang telah disusun para siswa mengenai pokok bahasan yang akan diajarkan itu dan inilah yang dijadikan titik tolak pengembangan selanjutnya.
b. Mempelajari cara belajar.
Di tingkat SMP dan SMA, guru dapat memberikan tugas membaca sebuah judul dalam buku teks, kemudian mengungkapkan sari judul itu dengan membuat peta konsep. Misalnya judul “Aljabar”, siswa diminta untuk membuat peta konsep dari materi tersebut. Dengan melatih siswa untuk membuat peta konsep dan mengambil sari dari yang mereka baca entah itu buku teks ataupun bacaan lain. Mereka tidak dapat lagi dikatakan tidak berfikir. Untuk mengeluarkan konsep-konsep, kemudian menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata penghubung menjadi sebuah proposisi yang bermakna, bukanlah tugas yang mudah dapat dilakukan. Mereka harus benar-benar duduk belajar, menggunakan pensil dan kertas, melatih diri untuk menghasilkan peta konsep yang bermakna bagi dirinya, yang akan menolong mereka belajar bagaimana belajar.
c. Mengungkapkan miskonsepsi.
Dari peta konsep yang sudah dibuat para siswa, terkadang ditemukan miskonsepsi dari dikaitkanya dua konsep atau lebih yang membentuk proposisi yang salah. Dalam sebuah kepustakaan pendidikan sains berbagai nama bisa ditemukan miskonsepsi. Ada yang menyebutnya konsepsi anak, sains anak, miskonsepsi, dan beberapa lainya. Istilah miskonsepsi dihubungkan dengan konsepsi ilmiah yang dianggap betul. Istilah sains anak berati anak sebagai seorang ilmuan pemula, membuat konsepsi dari pengalaman sehari-hari yang menyerupai teori ilmiah.
Miskonsepsi dianggap penting sehubungan dengan belajar disadari melalui pekerjaan Piaget. Publikasinya sejak tahun 1920-an mempengaruhi banyak pengajar yang mengembangkan pendekatan mengajar dengan memperhatikan miskonsepsi atau konsepsi anak. Karena miskonsepsi terbukti dapat bertahan dan mengganggu belajar, miskonsepsi sedapat mungkin ditiadakan melalui proses perubahan konseptual akhir-akhir ini yang paling banyak mendapat perhatian dari para pendidik sains. Hal ini terbukti dari banyaknya penelitian yang dilakukan di negara-negara lain, tetapi tidak di negara kita.
d. Alat evaluasi.
Sejauh ini alat evaluasi yang dibuat oleh para atau pelajar berbentuk tes esai atau tes objektif. Walaupun cara evaluasi ini akan terus memegang peranan dalam dunia pendidikan, teknik evaluasi baru perlu dipikirkan untuk memecahkan masalah evaluasi yang kita hadapi dewasa ini. Salah satu yang disarankan ialah penggunaan peta konsep yang didasarkan pada tiga gagasan dalam teori ausubel. Dalam menilai peta konsep yang dibuat oleh para pelajar secara ringkas dikemukakan empat kriteria penilaian, yaitu: (1) kesahihan proposisi; (2) adanya hierarki; (3) adanya ikatan silang; (4) adanya contoh-contoh seperti yang dikemukakan Novak (1985).
4. Macam-Macam Peta Konsep
Menurut Nur, peta konsep ada empat macam, yaitu;
a. Pohon Jaringan (network tree)
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain dituliskan pada garis-garis penghubung. Garis-garis yang ada pada peta konsep menunjukkan hubungan antara ide-ide itu. Kata-kata yang ditulis memberikan hubungan antar konsep. Pohon jaringan cocok digunakan untuk menvisualisasikan hal-hal berikut:
1) Menunujukkan sebab akibat.
2) Suatu hierarki.
3) Prosedur yang bercabang.
4) Istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.
b. Rantai Kejadian (events chain)
Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Rantai kejadian cocok digunakan untuk mengevaluasi hal-hal berikut;
1) Memberikan tahap-tahap dalam suatu proses.
2) Langkah-langkah dalam suatu prosedur linier.
3) Suatu urutan kejadian.
c. Peta Konsep Siklus (cycle concept map)
Di dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil yang final. Kejadian terakir dalam pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Karena tidak adanya hasil dan kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, kemudian siklus itu berulang dengan sendirinya. Peta konsep siklus cocok digunakan untuk menunjukkan hubungan suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang.
d. Peta Konsep Laba-laba (spider comcept map)
Peta konsep laba-laba bisa digunakan dalam curah pendapat ide-ide yang berangkat dari satu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah ide besar yang bercampur aduk. Peta konsep laba-laba cocok untuk memvisuailisasikan hal-hal berikut;
1) Tidak menurut hierarki.
2) Kategori yang tidak pararel.
3) Hasil curah pendapat.
Dengan menggunakan peta konsep, guru dapat melaksanakan apa yang telah dikemukakan di atas sehingga pada para siswa diharapkan akan terjadi belajar bermakna. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan guru untuk maksud ini adalah dengan memilih satu konsep utama (key concept) pokok bahasan baru yang akan dibahas. Para siswa diminta untuk menyusun peta konsep yang memperlihatkan semua konsep yang dapat mereka kaitkan pada konsep utama itu, serta hubungan-hubungan antara konsep-konsep yang mereka gambar itu. Dengan melihat hasil peta konsep yang telah disusun para siswa mengenai pokok bahasan yang akan diajarkan itu dan inilah yang dijadikan titik tolak pengembangan selanjutnya.
b. Mempelajari cara belajar.
Di tingkat SMP dan SMA, guru dapat memberikan tugas membaca sebuah judul dalam buku teks, kemudian mengungkapkan sari judul itu dengan membuat peta konsep. Misalnya judul “Aljabar”, siswa diminta untuk membuat peta konsep dari materi tersebut. Dengan melatih siswa untuk membuat peta konsep dan mengambil sari dari yang mereka baca entah itu buku teks ataupun bacaan lain. Mereka tidak dapat lagi dikatakan tidak berfikir. Untuk mengeluarkan konsep-konsep, kemudian menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata penghubung menjadi sebuah proposisi yang bermakna, bukanlah tugas yang mudah dapat dilakukan. Mereka harus benar-benar duduk belajar, menggunakan pensil dan kertas, melatih diri untuk menghasilkan peta konsep yang bermakna bagi dirinya, yang akan menolong mereka belajar bagaimana belajar.
c. Mengungkapkan miskonsepsi.
Dari peta konsep yang sudah dibuat para siswa, terkadang ditemukan miskonsepsi dari dikaitkanya dua konsep atau lebih yang membentuk proposisi yang salah. Dalam sebuah kepustakaan pendidikan sains berbagai nama bisa ditemukan miskonsepsi. Ada yang menyebutnya konsepsi anak, sains anak, miskonsepsi, dan beberapa lainya. Istilah miskonsepsi dihubungkan dengan konsepsi ilmiah yang dianggap betul. Istilah sains anak berati anak sebagai seorang ilmuan pemula, membuat konsepsi dari pengalaman sehari-hari yang menyerupai teori ilmiah.
Miskonsepsi dianggap penting sehubungan dengan belajar disadari melalui pekerjaan Piaget. Publikasinya sejak tahun 1920-an mempengaruhi banyak pengajar yang mengembangkan pendekatan mengajar dengan memperhatikan miskonsepsi atau konsepsi anak. Karena miskonsepsi terbukti dapat bertahan dan mengganggu belajar, miskonsepsi sedapat mungkin ditiadakan melalui proses perubahan konseptual akhir-akhir ini yang paling banyak mendapat perhatian dari para pendidik sains. Hal ini terbukti dari banyaknya penelitian yang dilakukan di negara-negara lain, tetapi tidak di negara kita.
d. Alat evaluasi.
Sejauh ini alat evaluasi yang dibuat oleh para atau pelajar berbentuk tes esai atau tes objektif. Walaupun cara evaluasi ini akan terus memegang peranan dalam dunia pendidikan, teknik evaluasi baru perlu dipikirkan untuk memecahkan masalah evaluasi yang kita hadapi dewasa ini. Salah satu yang disarankan ialah penggunaan peta konsep yang didasarkan pada tiga gagasan dalam teori ausubel. Dalam menilai peta konsep yang dibuat oleh para pelajar secara ringkas dikemukakan empat kriteria penilaian, yaitu: (1) kesahihan proposisi; (2) adanya hierarki; (3) adanya ikatan silang; (4) adanya contoh-contoh seperti yang dikemukakan Novak (1985).
4. Macam-Macam Peta Konsep
Menurut Nur, peta konsep ada empat macam, yaitu;
a. Pohon Jaringan (network tree)
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain dituliskan pada garis-garis penghubung. Garis-garis yang ada pada peta konsep menunjukkan hubungan antara ide-ide itu. Kata-kata yang ditulis memberikan hubungan antar konsep. Pohon jaringan cocok digunakan untuk menvisualisasikan hal-hal berikut:
1) Menunujukkan sebab akibat.
2) Suatu hierarki.
3) Prosedur yang bercabang.
4) Istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.
b. Rantai Kejadian (events chain)
Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Rantai kejadian cocok digunakan untuk mengevaluasi hal-hal berikut;
1) Memberikan tahap-tahap dalam suatu proses.
2) Langkah-langkah dalam suatu prosedur linier.
3) Suatu urutan kejadian.
c. Peta Konsep Siklus (cycle concept map)
Di dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil yang final. Kejadian terakir dalam pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Karena tidak adanya hasil dan kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, kemudian siklus itu berulang dengan sendirinya. Peta konsep siklus cocok digunakan untuk menunjukkan hubungan suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang.
d. Peta Konsep Laba-laba (spider comcept map)
Peta konsep laba-laba bisa digunakan dalam curah pendapat ide-ide yang berangkat dari satu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah ide besar yang bercampur aduk. Peta konsep laba-laba cocok untuk memvisuailisasikan hal-hal berikut;
1) Tidak menurut hierarki.
2) Kategori yang tidak pararel.
3) Hasil curah pendapat.
Baca Juga: Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif Serta Penjelasannya
loading...
ConversionConversion EmoticonEmoticon