loading...
Assalamualaikum kerabat. Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala sesuatu. Seperti yang kamu tahu, anak kecil pun selalu bertanya apa saja, tentang berbagai hal. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya tentang berbagai hal yang ada di luar dirinya, tapi juga tentang dirinya sendiri. Memangnya iya ya begitu?
Hidup itu unik bukan kerabat? Ketika kita belum mampu menjawab pertanyaan tentang apakah tujuan hidup kita, pertanyaan baru justru muncul, sudahkah kita bertanya siapa diri kita? Pertanyaan yang sepertinya sangat mudah untuk dijawab, tapi benarkah kita sudah menemukan jawabannya? Saat seseorang bertanya siapa kamu? Jawabannya, ya orang lah, manusia. Sebenarnya pertanyaan di atas terdiri dari 2 pertanyaan, sudahkah bertanya; siapa diri kita.
Belakangan saya mulai jenuh karena terlalu sering mendengar, kerja kerja kerja!, bagaimana masa depan, jodoh mana jodoh, etc etc. "Entaaaaaarrrrrrrr duluuuuuu" Saya bilang. Saya sedang mencari tahu siapa diri saya. Kalau saya tidak tahu siapa diri saya bagaimana saya mengenal pekerjaan saya, bagaimana saya bisa mengenal jodoh saya dan mengarungi masa depan bersamanya?? Kalau cuma meniru, keponakan saya juga bisa.
Seperti yang kamu tahu bahwa mencari pekerjaan itu susah, sudah ada lowongan masuknya pun susah, sudah masuk kerja ternyata kerjanya juga cape. Tidak heran kebanyakan orang lebih senang menghabiskan uang mereka untuk berlibur, belanja, dari pada beramal. Seperti ada keinginan untuk balas dendam pada tersitanya waktu mereka. Sistem keseimbangan kemudian dipertanyakan. Maka terciptalah manusia yang tetap bekerja juga tetap mengeluh.
Soal jodoh pun begitu, saat masih pacaran maunya cepat-cepat tunangan, sudah tunangan mau buru-buru nikah, eh pas sudah nikah maunya cerai, maunya menikah lagi. Tapi semoga itu hanya terjadi di dunia fiktif, dunianya orang-orang yang berakting dan suka gimmick ya. Masa depan juga demikian, saat masih pengangguran maunya cepat-cepat kerja, pas sudah kerja maunya cepat kaya, pas sudah kaya, meninggal. Naudzubillah ya, ini hanya gambaran.
Kembali ke tema bahasan tentang hakikat manusia, bertahun-tahun saya sekolah tidak pernah sekalipun saya mempelajari ilmu yang mengajarkan saya untuk bertanya siapa diri saya. Semua pelajaran yang ada sudah matang murni ditransfer oleh otak orang dewasa ke otak anak yang masih belajar. Artinya pelajaran yang ada di sekolah adalah pelajaran yang sudah tidak lagi melalui proses siapa pelajaran ini dan mengapa kita mempelajarinya.
Manusia memang akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu, tapi apakah waktu menunggu kita berkembang? Manusia merasa tidak perlu mempelajari siapa dirinya karena mereka bisa melihat orang-orang sebelum mereka. Dengan kata lain saat ini manusia sedang mengarah kepada satu-kesatuan menuju sebuah titik semu, keduniaan. Dimana mereka tidak berlama-lama tinggal di dalamnya, ketika manusia dikembalikan, hilang semua yang mereka perselisihkan, mereka bangga-banggakan.
Sifat alami manusia sebenarnya bukanlah meniru, tapi terburu-buru, "Manusia telah dijadikan bertabi’at tergesa-gesa, kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (azab) Ku maka janganlah kamu minta kepadaku mendatangkannya dengan segera" (QS - Al-Ambiya : 37). Rasa tergesa-gesa manusia membuat dirinya enggan mengenali siapa dirinya, karena teburu-buru mengejar tujuan hidupnya, akhirnya rasa tergesa-gesa menuntutnya untuk meniru.
Sekarang yang menjadi pertanyaan, bisakah manusia menjadi sedikit lebih tenang? Jika ia tidak bisa menghindar dari rasa tergesa-gesa, maka pertanyaan berikutnya, siapakah model-model yang ditiru manusia? Sudah tepatkah model-model itu untuk ditiru? Semua jawaban ada pada diri kita, siapa diri kita? Tuhkan ketemu lagi, jadi nanya lagi kan. Dasar manusia, makhluk bertanya| Yaudah sih jawab aja duluuu, mau kemana sih emang? Buru-buru bangetttt. Semoga bermanfaat, Wassalam.
loading...
ConversionConversion EmoticonEmoticon