loading...
Kecerdasan Emosional |
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Assalamualaikum kerabat. Sebelum membahas mengenai pengertian kecerdasan emosional, perlu diketahui terlebih dahulu pengertian kecerdasan dan pengertian emosi secara umum. Kecerdasan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya masyarakat (Gardner, 2003: 22). Selain itu Gardner dalam Riyanto (2009: 240), mendefinisikan kecerdasan sebagai berikut :
1) Menyelesaikan masalah atau produk mode yang merupakan konsekuensi dalam suatu budaya;
2) Keterampilan memecahkan masalah membuat seseorang mendekati situasi yang sasaran harus dicapai;
3) Menemukan arah/cara yang tepat ke arah sasaran tersebut.
Menurut Buzan (2004: 143), kecerdasan merupakan kemampuan berpikir dengan cara-cara baru menjadi orisinil, dan bila perlu berani beda. Kecerdasan kreatif menurut Buzan mencakup kepastian, keluesan, dan keaslian dan memperluan gagasan. Nikersen dalam Efendi (2005: 24) menyatakan kecerdasan sebagai :
1) kemampuan mengklasifikasikan pola (the ability to classify patteras¬),
2) kemampuan mengidentifikasi prilaku secara adaptif-belajar (the ability to modify behavior adavtively),
3) kemampuan menalar secara induktif menggeneralisasikan (the ability to reason inductivety to generalize),
4) kemampuan mengembangkan dan mengunakan model-model, dan
5) kemampuan memahami (the ability to understand).
Sedangkan Munandar (1999: 124) mengemukakan perumusan pertama melihat kecerdasan sebagai kemampuan bepikir, perumusan kedua melihat kecerdasan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri.
Berdasarkan penjelasan di atas, kecerdasan tidak hanya diasumsikan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan permasalah logika atau penalaran, tetapi juga kemampuan untuk berhubungan sosial secara efektif sesuai dengan lingkungan yang menjadi tempat tinggalnya. Kemampuan berhubungan efektif dengan lingkungan sosial inilah yang merupakan salah satu dari aspek yang terdapat dalam kecerdasan emosional.
Saarni dalam Satrok (2007: 10) menyatakan bahwa untuk bisa dikatakan kompeten secara emosional, seseorang harus mengembangkan beberapa keterampilan yang berhubungan dengan konteks sosial, yaitu :
1) Pemahaman tentang keadaan emosi yang dialami;
2) Mendeteksi emosi orang lain;
3) Menghubungkan kosakata yang berhubungan dengan emosi dengan tepat pada konteks sosial dan budaya tertentu;
4) Sensitivitas empatik dan simpatik terhadap pengalaman emosional orang lain;
5) Memahami bahwa keadaan emosional di dalam tidak harus selalu berhubungan dengan ekspresi yang tampak di luar;
6) Coping (pengatasan/penangulangan) adaptif terhadap emosi negatif dengan menggunakan strategi self-regulatory yang dapat mengurangi durasi dan intensitas dari emosi tersebut;
7) Menyadari bahwa ekspresi emosi memiliki peranan yang penting dalam hubungan interpersonal;
8) Memandang bahwa keadaan emosi adalah cara seseorang mengatur emosinya.
Goleman (2002: 7) menyatakan bahwa untuk memahami kecerdasan emosional, dapat dipandang berdasarkan asal-usul kata. Emosi berasal dari kata “movere”, kata kerja Bahasa Latin yang berarti menggerakkan atau bergerak, ditambah awalan “e-“ untuk memberi arti bergerak menjauh, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Semua emosi, pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, sesuai dengan rencana seketika untuk mengatasi masalah.
Sedangkan Goleman (2002: 411) memaparkan bahwa emosi adalah suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Sama halnya Goleman yang dikutip oleh Syaodih (2003: 80) menyatakan bahwa emosi merupakan titik pusat jiwa manusia. Emosi merupakan sekumpulan interaksi yang kompleks diantara faktor subyektif dan obyektif yang diturunkan dari sistem syaraf. Emosi dapat meningkatkan meningkatkan pengalaman efektif seperti membangkitkan perasaan, membangkitkan proses kognitif seperti dampak persepsi yang relevan secara emosional, mengaktifkan penyesuaian diri secara lebih luas terhadap kondisi yang dapat membangkitkan, seringkali berpengaruh terhadap perilaku ekspresif, pencapaian tujuan adaftif.
Emosi menuntut manusia pada saat-saat kritis harus menentukan sikap. Adanya emosi, manusia dapat menunjukan eksistensi diri dalam masalah-masalah manusiawi. Emosi memiliki kekuatan yang sangat besar, sehingga manusia mampu mengendalikan suatu keadaan, bahkan di luar aspek nalar sekalipun. Emosi dapat mempengaruhi kepribadian seseorang, baik secara langsung atau tidak langsung. Pengaruh secara langsung berasal dari gangguan fisik dan mental seseorang, sikap, kesukaan, dan nilai-nilai.
Pengendalian emosi merupakan bagian dari kecerdasan emosi. Emosi memberitahukan adanya suatu hal yang bisa dilakukan untuk memperoleh efektivitas belajar yang tinggi, selain itu emosi mempengaruhi, perhatian yang selektif, Interpretasi kejadian, motivasi, prediksi, kemampuan mengingat, pengambilan keputusan, penyelesian masalah, belajar.
Menurut Ginanjar (2001: 53) konsep kecerdasan yang banyak dibahas sekarang ini adalah kecerdasan emosional. Konsep ini muncul dari beberapa pengalaman, bahwa kecerdasan intelektual yang tinggi tidak untuk mengantar seseorang menjadi sukses. Seseorang yang memilki kecerdasan intelektual yang tinggi belum dapat menentukan sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Bahkan seringkali orang yang berpendidikan formal lebih rendah, ternyata banyak yang berhasil.
Mayer dan Salovery yang dikutip oleh Bahaudin (2001: 181) mengidentifikasi adanya empat pilar utama dalam kecerdasan emosional, yaitu :
1) Kemampuan yang tepat dalam persepsi, penilaian, dan pengekspresikan emosi;
2) Kemampuan mengakses atau menggerakan perasaan sesuai kebutuhan untuk dapat memfasilitasi pemahaman terhadap diri sendiri ataupun orang lain;
3) Kemampuan untuk memahami berbagai emosi dan pengetahuan yang terkait dengan itu;
4) Kemampuan mengatur berbagai emosi untuk keperluan pengembangan emosi dan intelektual yang tebaik.
Berbeda pendapat dengan Mayer dan Salovery, Cooper dan Sawaf (2001: 1), mengemukakan kecerdasan emosional adalah kemampuan mengindera, memahami, dan dengan efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebgai sumber energi, informasi, dan pengaruh. Emosi manusia adalah wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri tersembunyi, dan sensasi emosi. Apabila dipercaya dan dihormati, kecerdasan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain.
Rosenthal (2002: 90) menyatakan bahwa emotional intelligence is a series of abilities to perceive and make use of the full range of emotion. Kecerdasan emosional adalah salah satu bentuk kemampuan untuk merasakan dan menggunakan emosi secara maksimal. Untuk merasakan dan menggunakannya, haruslah ada pengendalian diri, baik dari emosi dan nafsu itu sendiri (Suharsono, 2004: 198).
anak cerdas |
Sedangkan kecerdasan emosional menurut Weisinger dalam Bahaudin (2001: 180) adalah kecerdasan yang menggunakan emosi kita sesuai keinginan kita karenanya dapat mengendalikan prilaku dan cara berpikir yang membuat kita mampu mencapai hasil yang baik.
Singkatnya bisa dikatakan bahwa kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga memberikan dampak atau hasil yang positif terhadap kita ataupun orang lain.
2. Ciri Kecerdasan Emosional
Terdapat empat ciri emosi menurut Syaodih (2003: 81), yaitu:
1) Pengalaman emosional bersifat pribadi
Kehidupan emosional seorang individu tumbuh dari pengelaman emosionalnya sendiri, sifatnya sangat subyektif dan pribadi.
2) Adanya perubahan aspek jasmaniah
Pada waktu individu menghayati suatu emosi, maka terjadi beberapa perubahan pada aspek jasmaniah. Seperti pada saat marah, perubahan yang paling kuat terjadi pada debar jantungnya, sedang yang lain adalah pernafasannya.
3) Emosi diekspresikan dalam prilaku
Emosi yang dihayati oleh seseorang diekspesikan dalam prilakunya, terutama dalam ekspresi roman muka dan suara/bahasa.
4) Emosi sebagai motif
Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan. Menurut Goleman (2002: 45) ciri-ciri kecerdasan emosional, yaitu :
1) Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan mengahadapi frustasi;
2) Mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan;
3) Mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir;
4) Berempati dan berdoa.
Seseorang yang telah mempelajari kecerdasan emosional dalam pelatihan dan pendidikan yang terarah, akan mendapatkan keterampilan dalam mengendalikan emosinya dengan baik.
Sementara itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jack Block yang dikutip oleh Goleman (2002: 60) menyatakan bahwa ciri-ciri kaum pria atau laki-laki yang tinggi kecerdasan emosionalnya, yaitu:
1) secara sosial mantap, mudah bergaul dan jenaka, serta tidak mudah takut atau gelisah;
2) berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan orang-orang atau permasalahan untuk memikul tanggungjawab, dan mempunyai pandangan moral yang baik;
3) simpatik dan hangat dalam berhubungan, serta kehidupan emosionalnya kaya tetapi wajar;
4) nyaman dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan dunia pergaulan lingkungannya.
Sedangkan, kaum wanita yang tinggi kecerdasan emosionalnya mempunyai ciri-ciri:
1) bersikap tegas dan mengungkapkan perasaan secara langsung dan memandang dirinya secara positif;
2) kehidupan memberikan makna bagi dirinya;
3) mudah bergaul, ramah, dan mengungkapkan perasaan secara wajar;
4) mampu menyesuaikan diri dengan beban stres;
5) kemampuan bergaulnya baik dan mudah menerima orang-orang baru;
6) selalu ceria, spontan, terbuka, jarang merasa cemas, tidak murung dan nyaman dengan dirinya sendiri.
Riyanto (2009:253) menjelaskan bahwa ciri-ciri EQ mencakup semua sikap atau kemampuan pribadi, seperti:
1) Mengenali emosi diri/kesadaran diri
a) Mengetahui emosi yang dirasakan dan mengapa.
b) Menyadari hubungan antara perasaan, pikiran dan perbuatan.
c) Memahami implikasi perasaan dengan kinerjanya.
d) Menyadari akan kemampuan dan kekurangannya.
e) Intropeksi dan bercermin diri dari pengalamannya.
f) Berkeyakinan kuat melakukan apa yang benar.
g) Terbuka, berkemauan untuk memperbaiki diri.
h) Mampu membuat keputsan yang “tanpa memihak”.
2) Mengelola emosi/pengaturan diri
a) Mengendalikan dengan baik perasaan-perasaan yang menekankan dan implusif serta akibat-akibatnya.
b) Mempelajari bagaimana mengendalikan untuk bertindak.
c) Merasa empati bagi orang lain.
d) Mengembangkan pembicaraan yang produktif.
e) Bertindak menurut etika dan tidak pernah mempermalukan orang lain.
3) Motivasi diri
a) Berorientasi pada hasil, dengan semangat tinggi mencapai tujuan dan memenuhi standar.
b) Menetapkan sasaran yang menantang dan berani mengambil resiko yang telah diperhitungkan.
c) Mencari informasi sebanyak-banyaknya guna mengurangi ketidakpastian dan mencari cara yang lebih baik.
d) Terus belajar untuk meningkatkan kinerja.
e) Siap berkorban demi pemenuhan lembaga yang lebih penting.
f) Merasakan dorongan semangat yang kuat dalam misi yang lebih besar.
g) Aktif mencari peluang guna memenuhi misi kelompok.
h) Siap memanfaatkan peluang.
i) Memiliki pengharapan yang kuat.
j) Bekerja dengan harapan untuk sukses bukan untuk gagal.
4) Mengenal emosi orang lain/empati
a) Memerhatikan isyarat-isyarat emosi dan mendengarkan dengan baik.
b) Menunjukan kepekaan dan pemahaman terhadap perspektif orang lain.
c) Membantu berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain.
d) Memberikan perhatian pada waktu yang tepat bagi orang lain yang memerlukannya.
5) Membina hubungan sosial
a) Membentuk hubungan baik dengan orang lain.
b) Membina kedekatan hubungan dengan orang lain.
c) Membuat orang lain merasa nyaman/tentram.
d) Dapat meyakinkan dan mempengaruhi orang lain.
e) Mempengaruhi orang lain melalui ungkapan emosinya.
f) Mampu mengadakan sinkronisasi suasana hati dengan orang lain.
g) Mampu mengoordinasikan suasana hati orang lain.
h) Mampu memimpin orang lain.
i) Peka membaca reaksi dan perasaan orang lain.
Santrock yang dikutip oleh Ekman dan Epstein (2007:64) menjelaskan bahwa ciri-ciri yang membedakan emosi dengan bagian lain kehidupan mental yaitu:
1) Respon yang cepat tetapi ceroboh
2) Pertama adalah persaan, kedua adalah pemikiran
3) Realitassimbolik yang seperti kanak-kanak
4) Masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang
5) Realitas yang ditentukan oleh keadaan
Setiadarma dan Waruwu yang dikutip oleh Goleman (2003: 33) menjelaskan bahwa ciri emosi adalah:
1) Memahami pengalaman emosi pribadi,
2) Mengendalikan emosi,
3) Memotivasi diri,
4) Memahami emosi orang lain, dan
5) Mengembangkan hubungan dengan orang lain.
3. Unsur Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional menurut Goleman (2002: xiii) mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri.
anak jenius |
Kecerdasan emosi bukan berarti memberikan kebebasan kepada perasaan untuk berkuasa melainkan mengelola perasaan sedemikian rupa sehingga terekspresikan secara tepat dan efektif. Salovey dalam Goleman (2002: 57) memperluas kecerdasan emosional menjadi lima unsur/ wilayah utama, antara lain:
1) Mengendalikan emosi diri. Kesadaraan diri untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Orang yang memilki keyakinan yang lebih tentang perasaanya adalah pilot yang handal bagi kehidupan mereka, karena mempunyai kepekaan lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengembilan keputusan-keputusan pribadi.
2) Mengelola emosi, artinya menangani perasaan merupakan salah satu kemampuan untuk mengetahui diri sendiri. Kemampuan untuk menenangkan diri, melepaskan diri dari ketakutan yang terus menerus, kemurungan atau kemarahan dan konsekuensi kegagalan pada dasarnya merupakan keahlian dasar emosi.
3) Memotivasi diri sendiri. Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalam hal yang sangat penting dalam kaitannya untuk memberikan perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan untuk berkreasi. Kendali diri emosi yakni menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang
4) Mengenali emosi orang lain. Empati adalah kemampuan lain yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan keterampilan bergaul. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
5) Membina hubungan. Seni membina hubungan, sebagian dasar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi.
Bahaudin (1999:179) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional yang tinggi memiliki unsur-unsur:
1) Memiliki kemampuan untuk mengendalikan dirinya
2) Memiliki semangat dan ketekunan yang tinggi
3) Mampu memotivasi dirinya sendiri dalam mengerjakan sesuatu
4) Mampu berinteraksi dengan baik dengan orang lain.
Lain halnya dengan Sulaeman yang dikutip oleh Santrock (2007:63) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional biasanya mengandung:
1) Perasaan, misalnya peravaan takut.
2) Impuls atau dorongan, misalnya dorongan untuk melarikan diri.
3) Persepsi atau pengamatan tentang apa yang membangkitkan emosi.
4. Perkembangan Kecedasaan Emosional dalam Pembelajaran
Kompetensi emosi bertitik berat pada sifat-sifat adaptif dari pengalaman emosional, untuk menggambarkan keterkaitan antara otak dengan emosi, Pert dalam Bahaudin (2001: 94) menyatakan, “otak hanyalah sebuah kotak kecil dengan bungkusan emosi di dalamnya.”
Bahaudin (2001: 95) membuktikan situasi emosi yang positif sangat menentukan dalam proses untuk mengubah prilaku melalui perubahan pola pikir (mindset) yang diterapkan pada program pelatihan Outbound Management Training System.
Pembelajaran yang berlangsung optimal dapat menghasilkan hasil belajar pada aspek afektif yang maksimal juga. Goleman (2002: 374) menjelaskan bahwa hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan teman-temannya dalam menyelesaikan tugas belajar, serta memberikan perhatian dan pujian yang sesuai dengan apa yang diharapkan siswa.
Hal ini diperkuat oleh pendapat dari DePorter (2010: 57) yang menyatakan bahwa untuk menumbuhkan kecerdasan emosional seorang siswa dapat dilakukan dengan membina hubungan antara guru dengan siswanya. Saran-saran yang diberikan, yaitu: 1) perlakukan siswa sebagai manusia sederajat; 2) ketahuilah apa yang disukai siswa, cara berpikir dan perasaan mengenai hal-hal yang terjadi dalam kehidupan mereka; 3) bayangkan apa yang mereka katakan pada diri sendiri, mengenai diri mereka sendiri; 4) ketahuilah apa yang menghambat mereka untuk memperoleh hal yang benar-benar mereka inginkan; 5) berbicaralah dengan jujur kepada mereka dengan cara membuat mereka mendengarnya dengan jelas dan halus; dan 6) bersenang-senanglah dengan mereka.
Kecerdasan emosional dapat ditingkatkan dan dikembangkan secara dramatis. Oleh karenanya, suasana hati atau perasaan senang atau santai atau tidak tegang sebelum dan pada saat belajar, akan mempertinggi efektivitas seseorang dalam belajar, atau malah sebaliknya (Bahaudin, 2001: 94, 180).
Sintesis
Berdasarkan kajian teoretik di atas dapat disintesiskan bahwa kecerdasan emosional adalah perasaan untuk mengendalikan emosi melalui sikap kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan sikap sosial.
loading...
ConversionConversion EmoticonEmoticon