loading...
Assalamualaikum kerabat. Selamat pagi menjelang siang. Berbicara Pengertian Ilmu, Imam Al Ghazali dalam bukunya berkata ilmu dan ibadah bagaikan mutiara, karena ilmu dan ibadah menyebabkan apa yang kita lihat dan kita dengar saat ini. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Beliau juga pernah bersabda: "Sekali memandang wajah orang berilmu, lebih aku sukai dari pada beribadah satu tahun - puasa dan shalat malam selama satu tahun." Jelas sekali bahwa ilmu lebih mulia daripada ibadah. Kendati demikian, selain berilmu seorang juga harus beribadah. Jika ia tidak ingin beribadah maka ilmunya ibarat debu yang bertaburan. Sebab, kedudukan ilmu ibarat pohon sedangkan ibadah ibarat buahnya.
Pemaparan dari Imam Al Ghazali tersebut tidak berlebihan jika seorang filsuf Oxford University kontemporer Jerome R Ravert dalam karyanya The Philosophy of Science, sampai saat ini mengakui bahwa ilmu ialah sebuah kisah sukses luar biasa. Ilmu sudah begitu sangat berjasa dalam membentuk dunia yang kita huni sekarang ini dan sekaligus menentukan cara pandang kita tentang dunia ini.
Andrew Gregory dalam Eureka! The Birth of Science, Jika dengan teknologi orang mengetahui bagaimana melakukan sesuatu dengan ilmu, maka seseorang memiliki sebuah teori dari suatu penjelasan mengenai mengapa sesuatu harus terjadi? Kemudian bagaimana dan mengapa Ia beralih rupa menjadi cara berpikir yang baru serta bersifat menyelidik atas dunia ini? Darimana asal-usul ilmu lahir? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Ironismya, walaupun terminologi ilmu dilingkungan pendidikan hampir setiap hari diucapkan, serta begitu familiarnya istilah tersebut dikalangan mahasiswa atau calon ilmuwan, mungkin saja hanya sebgaian kecil di antara mereka yang sudah memahaminya. Akan tetapi juga tidak sedikit mahasiswa yang justru karena pembicaraan ilmu menjadi aktivitas rutin kesehariannya, Mereka hanya bersifat "Latah" dan sedikit sekali kepeduliannya untuk merumuskan yang tepat dan cermat tentang ilmu.
Di Indonesia, istilah ilmu pengetahuan demikian terbiasa, padahal istilah tersebut dapat dikatakan sebagai "pleonasme" atau suatu pemakaian kata yang berlebihan dari yang diperlukan. Dalam bahasa Inggris tidak ada istilah knowledge science. Cukup satu diantaranya, "ilmu" itu ilmu dan jika "pengetahuan" tetap pengetahuan, dan tidak pernah ada kata mejemuk yang dipadukan seperti itu. Menurut The Liang Gie (1999:85-86) ilmu atau science ialah suatu perkataan yang bermakna jamak, sebagai berikut.
1. Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menunjuk pada segenap pengetahuan ilmiah yang mengacu kepada ilmu umum (science in general).
2. Pengertian ilmu yang menunjuk pada salah satu bidang pengetahuan ilmu tertentu, seperti ilmu biologi, antropologi, psikologi, geografi, sejarah, ekonomi dan sebagainya. Sebenarnya, ilmu dalam pengertian yang kedua inilah yang lebih tepat digunakan khususnya di lingkungan akademis.
Namun sayangnya istilah ilmu yang sering disebut "sains" dan merupakan terjemahan dari "science" juga mengalami pergeseran makna. Istilah sains sering diartikan sebagai ilmu khusus yang merujuk kepada ilmu-ilmu kealaman atau natural science, sebagai pengetahuan sistematis mengenai dunia fisis atau material. Terminologi inilah yang kerap menyesatkan dan meminggirkan ilmu-ilmu sosial maupun humaniora dari ilmu-ilmu kealaman.
Terminologi ilmu merupakan terjemahan dari bahasa Inggris "science". Kata science berasal dari bahasa latin yaitu scientia yang berarti pengetahuan. Sedangkan scientia berasal dari kata kerja 'sciere' yang artinya mempelajari atau mengertahui (Soeprapto, 2003:127). Sebagaimana yang dikemukakan The Liang Gie (1999: 88-130), ilmu dipandang sebagai kumpulan pengetahuan sistematis, metode penelitian, dan aktivitas penelitian.
1. Ilmu Sebagai Kumpulan Pengetahuan Sistematis
Pengertian ini lebih menekankan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang sistematis. Menurut Soekanto (1986: 5) secara singkat menyatakan bahwa: Ilmu pengetahuan (science) ialah pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang mengetahuinya.
The New Columbia Encyclopedia, mengemukakan: "Bagi banyak orang, istilah ilmu mengacu kepada kumpulan teratur pengetahuan tentang alam kodrat, baik yang bernyawa maupun yang tak bernyawa, tetapi suatu definisi yang tepat harus juga mencakup sikap-sikap dan metode-metode yang merupakan sarana kumpulan pengetahuan ini terbentuk. Jadi, ilmu merupakan suatu jenis aktivitas tertentu maupun hasil-hasil dari aktivitas itu."
Pendapat serupa dikemukakan oleh Henry W. Johnstone dalam The Liang Gie (1999: 86) yang mengemukakan 'suatu kumpulan yang sistematis dari pengetahuan'. Sheldon J. Lachman dalam bukunya The Foundation of Science mengemukakan: "Ilmu pertama-pertama menunjuk pada kumpulan-kumpulan yang disusun secara sistematis dari pengetahuan yang dihimmpun tentang alam semesta yang diperoleh melalui teknik-teknik pengamatan yang objetif."
Jadi, tidak semua pengetahuan itu adalah ilmu sebab ilmu hanya terbatas pada pengetahuan yang diperoleh secara sistematis. Jika ditelaah lebih jauh, pendapat tersebut memang benar karena untuk menjadi ilmu dari suatu pengetahuan itu tidaklah mudah, harus melalui penataan pengetahuan yang disusun secara sistematis.
2. Ilmu Sebagai Metode Penelitian
Pengertian ini mengedepankan pendapat bahwa ilmu pada hakikatnya sebagai metode penelitian. William J. Goode dan Paul K. Hatt (1952: 7) dalam bukunya Methods in Social Research mengemukakan "Ilmu adalah suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia pengalaman, yakni dunia yang dapat terkena pengalaman oleh manusia."
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat seorang filsuf sejarah Carraghan dan Delanglez (1957: 39) dalam bukunya A Guide to Historical Method "Ilmu pada dasarnya adalah suatu metode untuk menangani masalah-masalah" Harold H. Titus juga sependapat, dalam bukunya Laeving Issues in Philosophy: An Introductory Textbook, mengatakan: "Suatu metode untuk memperoleh pengetahuan yang objektif dan dapat diperiksa kebenarannya."
Dalam pengertian yang kedua tersebut jelas bahwa ilmu pun sekaligus sebagai metode penyelidikan, khusunya terhadap dunia empirik.
3. Ilmu Sebagai Aktivitas Penelitian
Pengertian yang ketiga menekankan bahwa ilmu merupakan suatu proses aktivitas penelitian. Ilmu tidak sekedar merupakan aktivitas tunggal saja, melainkan suatu rangkaian aktvitas sehingga merupakan proses. Proses dalam rangkaian aktivitas itu bersifat intelektual serta mengarah kepada tujuan-tujuan tertentu (Soeprapto, 2003: 127; Adian, 2002: 25).
Beberapa.tokoh yang mengemukakan pendapat seperti itu adalah Charles Singer yang dikutip Max Black dalam bukunya Critical Thinking mengemukakan "Ilmu adalah proses membuat pengetahuan". Dalam hal ini pemahaman ilmu sebagai proses maupun rangkaian aktivitas penelitian pun dikemukakan oleh John Warfield (1976: 42) dalam bukunya Societal System mengemukakan: "Tetapi, ilmu pun dipandang sebagai proses."
Dengan demikian jelas bahwa ilmu pun merupakan suatu aktivitas penelitian, baik itu dikatakan Singer, Warfield, bahkan Titus sekalipun.
Oleh karena itu, sebagai kesimpulannya memang tepat apa yang dikatakan seorang filsuf Belgia Jean Ladriere (1975: 19) dalam bukunya The Challenge Presented to Cultures by Science and Technology bahwa ilmu pada hakikatnya merupakan suatu keselurhan, baik sebagai pengetahuan, aktivitas penelitian, maupun metode. Dia mengatakan bahwa Ilmu dapat dipandang sebagai keseluruhan pengetahuan kita saat ini, atau sebagai suatu aktivitas penelitian, atau sebagai suatu metode untuk memperoleh kesimpulan
Demikian beberapa pendapat para ahli mengenai Pengertian Ilmu. Dimana beberapa diantaranya telah meluruskan pandangan kita terhadap pengertian ilmu yang selama ini kita pahami. Sampai sini penulis mengakhiri tulisan kali ini, sampai jumpa pada artikel lainnya. Semoga bermanfaat dan wassalam.
loading...
ConversionConversion EmoticonEmoticon