loading...
Assalamualaikum, selamat pagi kerabat. Semoga hari ini kita semua masih diberikan keberkahan oleh sang pencipta. Sama seperti kemarin atau hari-hari sebelumnya, bangun pagi merupakan gambaran dari semangat pantang menyerah menjalani segala aktifitas. Sebagaimana kita tahu bangun pagi bukanlah perkara mudah mengingat setan pun membisikan kita untuk malas bekerja. Ditambah situasi yang makin kesini makin tidak kondusif, ya suasana Negeri ini kerabat.
Berbagai macam polemik bernuansa drama politik satu bulan belakangan menghiasi media, alang-iling kesana-kemari. Tidak heran kalau semangat membangun masa depan jadi sedikit terganggu, namun demikian saya tidak bisa memastikan bahwa kamu memikirkan hal yang serupa, maksudnya penurunan gairah bekerja. Bisa jadi kamu malah meraup keuntungan tersendiri dari kekacauan yang terjadi belakangan ini, bisa jadi 'kan? Perasaan bisa sama, tapi pemikiran pasti berbeda.
Ada kemungkinan juga yang saya nikmati dengan yang kamu nikmati berbeda, jadi anggapan bahwa "sama rasa - sama pendapat" mungkin tidak berlaku di Negara yang penduduknya dikenal sangat heterogen ini. Tapi lebih dari sekedar perasaan, pemikiran atau apapun sebutan yang ingin membedakan antara satu dengan yang lain, Allah telah hadir memberi peringatan pada kita.
Api, iya api adalah tanda peringatan yang Allah berikan pada kita, Negeri ini khususnya.
Seperti yang sama-sama kita ketahui bahwa Indonesia saat ini sedang dilanda kebakaran lahan dahsyat di Riau dan Jambi. Ternyata bukan hanya di Riau atau Jambi yang tertimpa musibah kebakaran, kalau kamu menyaksikan berita kemarin atau beberapa hari sebelumnya maka kamu tahu bahwa kebakaran terjadi diberbagai tempat, di gunung, di ruko-ruko, pusat perbelanjaan dan rumah-rumah penduduk. Kebakaran terjadi hampir di setiap Provinsi di Negara tercinta ini.
Bagi sejumlah kalangan hal seperti ini akan dianggap lumrah, kebakaran mungkin terjadi setiap hari dimana saja tempatnya, mungkin hanya tidak terekspos oleh media. Tapi melihat gemar dan gencarnya media memberitakan kejadian kebakaran, saya jadi terusik, alhasil saya dapatkan beberapa ayat dalam Al-qur'an yang sudah sejak ribuan tahun lalu mewartakannya pada kita.
Media, pemberita, pewarta atau apapun sebutannya, harusnya merasa malu dan terpecundangi dengan dua ayat Allah di atas. Bagaimana mungkin kita membahas segala sesuatu yang berkaitan tentang apa penyebab terjadinya kebakaran dan memperdebatkan solusinya, sembari sesekali melontarkan tuduhan. Sementara, SEMENTARA Allah lewat Al-qur'an telah jelas menyampaikannya bahkan jauh sebelum media ditemukan.
Bahwasanya api adalah sebuah tanda peringatan, teguran atas apa yang selama ini kita sudah perbuat. Jika mungkin benar kebakaran adalah hal lumrah dan bukan peringatan, mengapa kita tidak biarkan saja? Tidak usah kita debatkan mengapa kebakaran itu bisa terjadi dan bagaimana solusinya. Pun demikian jika kita berdebat mencari penyebab dan solusi setiap tahunnya, mengapa kebakaran itu tetap terjadi dan tetap dianggap lumrah?
Pertanyaan yang berkembang kemudian adalah akan sampai kapan kita menganggap peringatan ini sebagai kelumrahan? Adapun oknum yang disebut-sebut sebagai pihak yang bertanggung-jawab atas kebakaran hingga detik ini belum terungkap. Layaknya Presiden Jokowi, saya juga berpikir keras hanya beda konteksnya saja. Saya berpikir keras sebelum bertanya, Tuhankah oknum tersebut? Lantas sia-sia semua yang sudah ramai kita perdebatkan selama ini.
Semuanya kembali pada pribadi masing-masing, kepercayaan pada apa yang dirinya percaya. Entah itu menganggap bahwa Tuhan yang mengirimkan musibah ini atau memang ulah dari diri kita sendiri yang menyebabkan peringatan dari Tuhan itu nyata adanya. Tapi kedua keyakinan tidak akan pernah menuntaskan masalah apabila kita tetap memelihara akal sebagai batasan bagi jalan keluar. Kita semua (anak muda Negeri ini) harus segera berbenah diri, kembali pada jalan yang hakiki.
Renungan:
Sampai kapan kita menyandarkan diri pada prasangka-prasangka? Padahal sadar sebagai hamba yang tidak pernah tahu apa yang akan terjadi berikutnya, sudah sepantasnya peristiwa satu bulan belakangan ini menjadi bahan untuk introspeksi diri - kemana kita harus mengembalikan masalah ini. Kalaulah musibah tidak bisa dicegah datangnya, mari kita buat baik cara kita menyikapinya.
Dua ayat Al-qur'an di atas hanyalah sebagian kecil bukti betapa tidak berdayanya seorang hamba ketika Tuhannya sudah berbicara. Media adalah alat Tuhan yang termutakhirkan, Firman-Nya tidak akan musnah termakan waktu dan peradaban. Semakin canggih dan cepat teknologi menghampiri, pelajaran dari Tuhan semakin mudah kita temui. Semoga kita selalu menjadi pribadi yang berpikir tentang kebesaran-Nya - Amiiin. Wassalamualaikum.
loading...
ConversionConversion EmoticonEmoticon