loading...
Beberapa teman saya malah tak segan memposting status yang intinya adalah kerinduan pada suasana ramadhan di tahun-tahun lawas, bahkan sebagian dari mereka mengungkapkan kegembiraan mereka menjalani puasa saat mereka masih kanak-kanak. Ramadhan memang tidak seperti bulan-bulan lainnya, suasana khas yang dimiliki bulan ramadhan akan selalu membuat kita mengingatnya baik saat berada di bulan ramadhan di tahun yang berbeda ataupun di luar bulan ramadhan itu sendiri. Memikirkan hal itu, saya jadi ragu jika disela bacaan Al-qur'an atau jelang berbuka puasa Ibu dan Bapak saya tidak memikirkan suasana ramadhan saat mereka masih muda atau waktu mereka masih anak-anak.
Ramadhan bukan cuma tentang mengenang suasanannya, tapi juga ibadahnya. Bagaimana ibadah kita di bulan ramdhan pada tahun-tahun sebelumnya, apakah meningkat atau tidak. Hal itu juga yang mungkin bisa sama-sama kita renungkan. Jelas sudah jika ramadhan akan membuat kita selalu ingin bertemu dengannya kembali pada tahun berikutnya. Selain ingin terus memperbaiki kualitas ibadah, kita juga ingin terus mengenang masa-masa indah ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Apalagi untuk mereka yang tahun lalu masih berpuasa bersama yang tersayang namun tahun ini harus rela kehilangan separuh rasa karena yang disayang mungkin telah tiada atau sedang berada dikejauhan.
Tidak sedikit pula dari kita ingin kembali memutar waktu dan menginginkan kesempatan menjalani masa yang sama persis dengan yang sudah dilalui di luar suasana ramadhan. Entah mengapa bulan ramadhan membuat kita jadi mudah merenung, mungkin karena suasana yang religius telah terciptakan. Begitu kuat perasaan ingin kembali mengulang perjalanan masa lampau, dengan orang-orang yang masanya sudah habis, dengan teman-teman yang sudah menemukan teman satu jalan - satu pikiran. Adakah dalam hatimu menanyakan hal serupa? Mengapa suasana menjadi begitu sentimentil di bulan ramadhan? Terlepas dari hiruk-pikuk yang sudah terdoktrin seperti petasan, pulang kampung dan baju baru.
Imajinasi saya masih terus membayangkan apa yang sedang teman-teman lama saya sedang lakukan tanpa saya di bulan ramadhan tahun ini? Dimana dan dengan siapa saja teman-teman masa kecil saya menjalankan ibadah ramadhan tahun ini? Saya jadi berencana untuk tidak melakukan buka puasa bersama dengan teman-teman atau orang-orang tersayang saat ini, karena takut ramadhan yang akan datang memanggil memori itu dan membuat saya memikirkan mereka. Kita semua punya daya jelajah yang berbeda, tapi saya yakin kamu juga memikirkan siapa-siapa saja orang yang sudah menemani kamu melewati ramadhan sebelumnya. Saya masih ingat betul tahun lalu malam-malam di bulan ramadhan dihiasi dengan pertandingan sepakbola piala dunia, masih ingatkah kamu?
Petasan, pulang kampung, baju baru, sayur ketupat dan teman-temannya, identik dan sudah melekat dengan bulan puasa. Bagaimana bisa kita melupakan suara sendal jepit yang beradu saat kita berlarian bersama teman-teman saat sumbu petasan mulai dinyalakan? Bagaimana bisa kita lupa mengingat lebaran tanpa sanak saudara di kampung? Bagaimana kita bisa lupa baju baru masa kecil kita sudah jadi keset menyambut tamu hari lebaran nanti? Bagaimana bisa kita lupa dengan aroma khas opor ayam campur ketupat yang kita makan bersama keluarga? Pun masih banyak lagi hal-hal yang dirindukam dan semua ada kenangannya.
Kini, tinggal bagaimana melanjutkan ramadhan tahunan dalam sisa hidup kita. Kita berharap bagaimanapun suasana dan kondisi ramadhan tahun ini, kita masih bisa tetap berbagi senyum dengan keluarga, sanak saudara, dan tetangga. Juga semoga kita masih diberikan waktu untuk memperbaiki ibadah ramadhan kita di tahun-tahun mendatang, semoga kamu dan seluruh anggota keluargamu diberikan umur yang panjang dan dipertemukan kembali oleh Allah dengan bulan ramadhan tahun depan, Aminn.
Tulisan ini dibuat bukan dengan maksud untuk menyinggung pihak manapun. Jika ada ucapan yang menyinggung perasaan saya mohon dimaafkan. Wassalam.
loading...
ConversionConversion EmoticonEmoticon