Breaking!
Loading...

Timnas Bola - Berjuang Di balik Carut Marut Perpsepakbolaan Nasional

loading...

Assalamualaikum kerabat. Seperti judul yang dikemukakan di atas, Timnas sepakbola U-23 Indonesia tetap berlaga di tengah kisruh yang melanda dunia sepakbola nasional. Sebelum turnamen seagame cabang sepakbola bergulir, sepkabola Indonesia dilanda kegamangan. Pasca pembekuan PSSI oleh MENPORA liga profesional Indonesia pun dihentikan, nasib masa depan klub dan pemain sendiri jadi tidak jelas. PSSI tidak tinggal diam, PSSI mengajukan beberapa gugatan ke beberapa lembaga terkait namun tak ada hasil.

Sementara MENPORA yang didukung penuh Presiden Joko Widodo, tetap bersikukuh tidak akan mencabut pembekuan PSSI tersebut. Alhasil sanksi FIFA segera mendera sepakbola Indonesia. Indonesia tidak diizinkan mengikuti ajang internasional baik itu di tingkat klub maupun timnas, berlaku untuk waktu yang tidak ditentukan, tepatnya sampai MENPORA mencabut surat pembekuan PSSI.

Statuta FIFA sendiri tidak memperbolehkan adanya campur tangan pemerintah dalam urusan sepakbola, namun entah bagaimana menjelaskannya saat ini itulah yang terjadi. Di sisi lain, berdasarkan statuta FIFA, pemerintah dalam hal ini KEMENPORA tidak diizinkan mengatur jadwal pertandingan ataupun menggulirkan kembali liga.

Hingga detik ini Presiden Joko Widodo berpendapat bahwasanya pembekuan PSSI adalah tahap evaluasi dunia sepakbola Indonesia, setidaknya alasan itu cukup masuk akal pada awal pernyataannya. Namun sampai hari ini belum ada tanda-tanda bahwa akan ada pembenahan struktur sepakbola nasional. Masyarakat tak bisa berbuat banyak, apalagi pemain, pelatih atau fan sekalipun, hanya bisa berorasi menyampaikan rasa frustasi. Beruntungnya, FIFA masih mengizinkan timnas sepakbola Indonesia mengikuti ajang seagame ke-28 yang berlangsung di Singapura, turnamen ini menjadi ajang terakhir dan satu-satunya yang diizinkan FIFA untuk timnas Indonesia ikut berlaga. Imbasnya sangat kentara, dibayang-bayangi masa depan yang buram, timnas U-23 melakoni laga perdananya (6/2/15) dengan buruk dan mendapatkan hasil akhir yang mengecewakan. Melawan Myanmar pada pertandingan pertama, timnas U-23 dipaksa mengakui keunggulan Myanmar yang memang jauh lebih siap secara mental maupun fisik, dengan skor 2-4.

Dengan hasil tersebut sangat jelas terasa efek dari masalah yang terjadi di tubuh persepakbolaan tanah air. Selain mental yang terganggu, persiapan timnas dalam rangka mengikuti seagame ke-28 itu bahkan tidak sampai 2 bulan. Masyarakat Indonesia yang notabene penggila sepakbola menyadari apa yang bisa evan dimas dan kawan-kawan lakukan dengan keadaan seperti itu. Pecinta sepakbola nasional kian pesimis setelah pertandingan melawan Myanmar yang berakhir dengan kekalahan, namun di pertandingan kedua menghadapi Kamboja (6/6/15), garuda muda seolah mengepakan sayap-sayapnya di tengah terjangan angin topan.

Timnas U-23 berhasil menaklukan Kamboja dengan skor telak 6-1, Mukhlis menciptakan 3 gol kala itu. Masyarakat sepakbola tanah air sumringah, begitu terhibur, saaangat gembira dengan kemenangan yang diukir anak asuh Aji Santoso tersebut. Semangat merah-putih kembali bergeliat pasca kemenangan telak atas kamboja, "pecinta timnas" yakin Evan Dimas CS mampu memenangi beberapa pertandingan sisa dan melaju ke semifinal.


Anak-anak muda ini, tidak hanya menangis saat menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum kick off melawan Filipina pada pertandingan ke-3 seagame cabang sepakbola, mereka menunjukan baktinya kepada negeri tercinta dengan hasil akhir manis, Timnas U-23 2-0 Filipina (6/9/15). Sang garuda terbang melampaui batas kemampuannya. 11 Juni 2015, partai penentu lolos atau tidaknya Indonesia ke babak semifinal segera berlangsung, garuda muda, timnas U-23 dan pecinta sepakbola yakin! Indonesia bisa mengatasi hadangan tuan rumah Singapura, yang juga berambisi untuk terus berkiprah diajang seagame cabang sepakbola.

Bahkan karena sangat yakin Indonesia akan menang, Bapak saya dengan antusias memasang layar, bukti dukungannya terhadap timnas U-23. Padahal saat itu timnas U-23 masih menjalani laga penyisihan grup - bukan semifinal apalagi - final. Timnas U-23 hanya butuh hasil imbang untuk memastikan diri lolos ke fase berikutnya, semifinal. Namun, sang tuan rumah tak mau kehilangan muka, di bawah dukungan ribuan suporternya, Singapura bermain garang, sangat ngotot, sangat menginginkan kemenangan.

Kali ini, sang garuda seperti dapat menguasi jiwanya yang haus akan prestasi, para pemain timnas meladeni permainan kasar tuan rumah Singapura dengan begitu kalemnya. Indonesia berhasil memimpin pertandingan di awal babak kedua, lewat penempatan bola akurat Evan Dimas berhasil menyarangkan si kulit bundar ke jala gawang Singapura, Indonesia 1 Singapura 0. Skor 1-0 untuk Indonesia bertahan sampai menit 90+7. Indonesia berhasil memastikan lolos ke semifinal sebagai runner-up grup A di bawah Myanmar.



Masyarakat Indonesia yang awalnya pasrah dengan hasil apapun yang akan ditorehkan timnas sepakbola U-23 diajang seagame, perlahan percaya bahwa tidak ada yang bisa menghentikan nasionalisme dan dedikasi tingkat tinggi terhadap tanah air tercinta. Selanjutnya hegemoni terbangun kembali, masyarakat menanti bangkitnya sang garuda dari tidur panjanganya selama dua dekade lebih atau timnas sepakbola terkahir kali menggigit medali emas pada tahun 1991, bahkan saat itu saya belum lahir - mungkin saya masih dalam tahap perencanaan. Tapi, sebelum merencanakan pula kebangkitan sang garuda, mari tengok calon lawan Indonesia di semifinal - Thailand. 




Dengan jumlah memasukan gol 16 dan hanya kebobolan 1 gol saat melawan vietnam dilaga pamungkas penyisihan grup B. Melihat statistik ini Thailand memang berada satu tingkat di atas Indonesia, mereka mampu memainkan tempo permainan, melancarkan seranga balik cepat, menguasai penguasaan bola, bermain tik-tak 1-2 serta fisik yang kuat. 

Tapi bukan berarti Indonesia tidak punya kemampuan untuk melawan tim gajah putih tersebut, di luar kertas faktanya Indonesia mampu melaju sampai ke babak semifinal meskipun diliputi rasa was-was akan nasib masa depan mereka dan teman-teman satu profesi yang memang mencari nafkah melalui sepakbola. 

Sabtu, 13-Juni-2015 adalah hari dimana timnas U-23 akan menjalani partai berat sekaligus ujian bagi eksistensi sepakbola nasional dikancah internasional sekaliber seagame. Pukul 19 lebih 20 kick off babak pertama dimulai, Thailand membuktikan data statistik mereka tidak memiliki margin error layaknya quick count saat pemilu. Sejak menit pertama Thailand langsung menekan dan mendapatkan beberapa peluang. 

Di awal-awal pertandingan, bek kanan timnas U-23 Indonesia Syaiful Indra Cahya sempat mendapatkan peluang lewat tendangan bebas, namun masih bisa digagalkan kiper Thailand. Selanjutnya Indonesia terus tertekan, tanpa ampun Thailan terus memborbardir pertahanan Indonesia, dari kanan, dari sisi kiri, dari tengah para pemain thailand terus menggempur dan mengurung Indonesia di setengah bagian lapangan. Babak pertama Thailand 2-0 Indonesia. 

Tidak ada yang aneh dalam timnas U-23 saat berhadapan dengan thailand, bagi mereka yang mengerti sepakbola jelas sangat mengetahui komdisi yang dialami para pemain timnas Indonesia. Kelelahan adalah faktor utamanya, timnas harus menjalani 5 pertamdingan hanya dalam kurun waktu 10 hari, setidaknya begitu penjelasan sang pelatih. 

Aji Santoso menambahkan, absennya Agung Prasetyo dan Abduh Lestaluhu membuat lini belakang Indonesia merapuh. Kualitas permainan juga ikut mempengaruhi hasil akhir, jelas bahwa Indonesia ketinggalan jauh dibanding Thailand. Timnas Indonesia U-23 harus mengubur sementara mimpinya, sampai waktu yang tidak ditentukan menurut FIFA. Sedih memang mengatakannya tapi inilah kenyataannya, Thailand 5 - Indonesia 0.

Setelah kalah dari Thailand di semifinal hilang sudah kesempatan meraih emas di ajang seagame ke-28 di Singapura. Akan tetapi seperti biasa, dalam sebuah turnamen selalu ada tempat ke-3 dan timnas Indonesia akan memperjuangkan itu. Terlepas dari apapun hasilnya nanti, timnas U-23 sangat membutuhkan dukungan moril dan juga do'a seluruh rakyat Indonesia. Indonesia sendiri akan melawan Vietnam untuk memperebutkan medali perunggu. Ya, seperti yang bisa kita lihat pada gambar di atas, statistik pertandingan vietnam juga luar biasa hanya sekali kalah melawan Thailand, dengan jumlah memasukan 17 dan kemasukan 4 gol. 


Semoga timnas U-23 bisa memberikan hasil maksimal, meraih medali perunggu di ajang seagame kali ini. Semoga pula permasalahan sepakbola di Indonesia dapat secepatnya menemui titik cerah, dan rakyat pecinta sepakbola dapat kembali merasakan hegemoni atmospir pertandingan kelas internasional - SEGERA! Untuk kamu yang belum tahu hasil pertandingan di semifinal, bisa melihatnya di bawah sini.

13 Juni 2015 Semi-Final
Vietnam vs Myanmar 1-2
Thailand U23 vs Indonesia U-23 5-0

JADWAL PERTANDINGAN
Senin, 15 Juni 2015 Final

14:00 WIB Indonesia vs Vietnam (SCTV, INDOSIAR, TVRI)
19:30 WIB Thailand vs Myanmar (SCTV, INDOSIAR, TVRI)

loading...
Previous
Next Post »
Thanks for your comment