loading...
Rasanya baru kemarin saya memuji wanita, kali ini mereka sudah membuat saya galau kembali. Masalahnya, saya menyebut diri saya adalah seorang penggubah, penggubah, tanpa kegalauan hanyalah ketiadaan - asumsi saya - penggubah butuh motivasi luar biasa untuk menciptakan karya seni, dorongan luar biasa itu hanya bisa dia dapatkan saat perasaannya sedang dirasuki keresahan.
Saya sebagai penggubah sangat akrab dengan kegalauan, namun belakangan setelah memahami senjata seorang penggubah adalah perasaan galau, sebaliknya kini saya lebih tenang dalam menghadapi perasaan galau tersebut. Lebih senang karena iming-iming dapat menciptakan sebuah karya.
Buruknya saya malah jadi tidak bisa mengkreasikan kegamangan itu untuk kemudian merubahnya menjadi hal yang layak dikagumi. Saya jadi tak mampu membuat sesuatu, merangkai imajinasi, menciptakan puisi ataupun sekedar menulis opini.
Saya tadinya malah ingin galau selalu agar terus dapat menciptakan sesuatu. Saya ingin merasakan penderitaan, saya ingin tidak melakukan apa-apa yang orang lumrah lakukan, saya berniat untuk terus melawan arus, tidak berteman dengan siapa-siapa kecuali angin. Melanggar aturan yang sudah diciptakan agar saya dapat pengalaman dan saya bisa menciptakan sebuah tulisan.
Lebih gilanya lagi terbesit angan ingin terus menjajah hati wanita agar semakin bisa belajar cara pandang mereka terhadap cinta. Namun kemudian, hal sebaliknya terjadi. Dengan mengetahui rahasia penting seorang penggubah, saya justru menemukan diri saya tidak berada dimana-mana. Tidak menjadi siapa-siapa mungkin sangat baik untuk seorang penggubah, tapi tidak berada di suatu tempat manapun adalah mimpi buruk bagi saya.
Saya mungkin adalah seorang penggubah yang baru lahir kemarin sore, tidak seperti penggubah yang gubahannya sudah tenar dan menjadi inspirasi orang banyak, nama saya bahkan mungkin tidak dikenal bangsa semut. Tapi saya ragu penggubah kawakan menelurkan karya lewat mendengarkan cerita orang disekitarnya, inspiriasi memang bisa datang dari mana saja termasuk curhatan orang yang malahan tidak kita kenal, tetapi sekali lagi, saya tidak yakin penggubah kelas atas menghasilkan karya tidak melalui imajinasi mereka.
Lalu apa yang membuat mereka lebih gila dibanding orang gila? Bagaimana mereka bisa membuat rambut mereka tidak berguguran karena berpikir keras? Saya tidak menanyakan hal itu pada penggubah yang sudah expert, entahlah saya tidak tahu akan menemukan jawaban atas pertanyaan itu dari mana.
Kini, semua kembali kepada saya, hanya saya sendiri yang bisa menentukan apa yang harus saya lakukan jika kelak dikemudian hari saya tetap pada kondisi seperti ini. Apakah saya akan terlahir sebagai penggubah yang kreatifitasnya terkikis akibat salah memilih jalan, atau pengguabah yang memang sengaja diciptakan berbeda dengan penggubah pada umumnya. Tidak terkenal dan karyanya sama sekali tidak menginspirasi khalayak luas. Tapi setidaknya, tidak ada seorangpun yang dapat melarang saya untuk menyebut diri saya sendiri sebagai seorang penggubah.
loading...
ConversionConversion EmoticonEmoticon