Breaking!
Loading...

Error 505! Brain is not found.

loading...

Perempuan, perempuan, perempuan, perempuan, perempuan, perempuan. Orang-orang mungkin bertanya, mengapa kebanyakan dari tulisan saya selalu menyinggung nama perempuan. Jadi, saya adalah seorang cowo brengsek yang "dulunya" sering menyakiti hati wanita. Kini, si laki-laki brengsek ini kena getahnya. Kaya, ya biasalah ya, karma gitu. Bukan cuma itu aja, si laki-laki ini punya kakak perempuan yang kerap jadi bulan-bulanan suaminya. 

Sekedar pengakuan saja, saya tidak mengerti begitu persis masalah rumah tangga. Beruntung, si anak kedua ini punya adik seorang laki-laki, tidak terbayangkan, jika adiknya ini adalah seorang perempuan juga, umur adiknya sekitar 19-an, umur yang bisa dibilang sedang "hot-hotnya", sekali lagi, untungnya adiknya ini adalah laki-laki.

Perempuan, perempuan, perempuan, perempuan, perempuan, perempuan. Saya sedang berdekatan dengan seorang wanita, sudah lama rasanya jika mengingat kapan terakhir saya berdekatan dengan makhluk itu. Sembari terus mempelajari mereka, mempelajari bagaimana mereka bisa tetap bernafas meski ditutup hidungnya. Susah, sulit, rumit untuk menjelaskan bagaimana mereka bisa  mengerakan sesuatu yang seharusnya tidak dapat bergerak. 

Kekuatan wanita mungkin terletak pada mata dan hati mereka yang tidak sinkron. Mata mereka seolah memancarkan sinar abadi yang tidak akan pernah padam, padahal dalam hatinya menyembunyikan bara api yang juga tidak pernah bisa padam.

Perempuan, perempuan, perempuan, perempuan, perempuan, perempuan. Memikirkan mereka dapat terbang adalah sebuah kegilaan, tapi faktanya mereka lebih hebat - bisa terbang dan tenggelam secara bersamaan. Kapan laki-laki bisa menyadari hal itu? Laki-laki kadang seenak jidat mereka menilai seorang perempuan dari gaya dan cara hidup mereka. 

Jika saja semua laki-laki tahu betapa tidak mudahnya mendalami isi hati wanita, mereka (laki-laki) pasti mengerti apa yang dilakukan wanita adalah sebaik-baiknya makhluk tuhan bisa lakukan. Meski tidak sering dipukuli atau lebih sering dicaci maki, kakak perempuan saya nyatanya masih ingin membela sang suami. Gregetan! Inginnya mereka cerai, tapi anak mereka? Mungkin hal itu juga yang terlintas dipikiran kakak saya.

Perempuan, perempuan, perempuan, perempuan, perempuan, perempuan. Kalau seorang laki-laki sudah mengerti apa yang memang sepatutnya wanita lakukan, laki-laki tidak akan pernah memukul atau mencaci bahkan meninggalkan perempuannya. Ini sebuah ekspektasi, sebuah harapan bahwa suatu hari akan ada masa dimana laki-laki dan perempuan benar-benar saling mengerti satu sama lain. Bukan cuma sekedar mengikuti jalan yang sudah disediakan. 

Tidak heran, banyak perempuan lebih memilih mengambil jalan berlubang, karena mungkin mereka sendiri sulit mengerti pikiran mereka. Ya! Wanita bergerak atas keyakinan dalam hati mereka, apa mereka pernah menggunakan otak untuk berpikir? Ya! Tapi setelah hati menyetujui pemikiran tersebut. Jika berseberangan maka otak hanyalah penghias dari kesempurnaan belaka.

Perempuan, perempuan, perempuan, perempuan, perempuan, perempuan. Ini adalah paragraf terkakhir dari rengekan simbol keberantakan seorang laki-laki. Maaf jika selama ini saya menganggap kamu (perempuan) adalah makhluk bulan. Jangan salah paham, bukan karena kalian aneh atau sulit dikatakan normal. 

Tidak banyak yang bisa saya berikan kepada seorang wanita, apalagi Ibu saya. Namun saya masih terus belajar untuk terus bisa menghargai lebih dari, mereka menyayangi ibu mereka. Well, as soon as possible, we're gonna be standing in the same frame in this life, it sounds great, girls?
loading...
Previous
Next Post »
Thanks for your comment