loading...
Assalamualaikum sob, kamu belum berkesempatan mengamati
gerhana bintang Regulus yang terjadi Minggu (24/5) malam? Jangan khawatir, bulan
Mei ini, masih ada satu gerhana bintang yang bisa dilihat dari Indonesia.
Gerhana bintang kedua itu akan terjadi pada Rabu (27/5) dini
hari. Bintang Delta Aquarii atau Kaus Meridianalis akan tertutup selama 6 detik
oleh asteroid yang berukuran 42 kilometer bernama Julietta.
Astronom amatir Mutoha Arkanuddin mengatakan dalam catatannya
pada Jumat (22/5) bahwa gerhana bintang itu akan "terjadi pada dini hari
pukul 2.18 dengan jalur ketertampakan di sekitar Jawa Tengah, DIY, dan Jawa
Timur."
Tak seperti gerhana atau okultasi Regulus, gerhana Delta
Aquarii terjadi ketika bintang tersebut berada pada posisi yang cukup tinggi di
langit, sekitar 65 derajat. Hal itu akan lebih memudahkan pengamatan.
"Saat okultasi terjadi kita akan melihat selama
beberapa detik seolah cahaya bintang tersebut hilang lenyap begitu saja dan
beberapa saat kemudian akan muncul kembali," imbuh Mutoha yang menjadi
pembina kelompok astronom amatir Jogja Astro Club.
Bagi astronom, pengamatan gerhana bintang oleh asteroid
penting untuk mengetahui ukuran, komposisi, orbit, dan periode rotasi. David
Dunham dari International Occultation Timing (IOTA) bersama JAC bakal menggelar
pengamatan di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Bagaimana harus mengamati gerhana bintang itu? Apakah bisa
dilihat dengan mata telanjang? Di mana saja pengamatan paling optimal bisa
dilakukan?
Sebelum kamu mengetahui cara menikmati gerhana bintang, ada
baiknya mengenal lebih dulu apa itu Regulus?
Regulus akan mengalami gerhana pada Minggu (24/5) malam ini.
Bintang yang tampak sepanjang tahun tersebut akan ditutupi oleh asteroid Dagmar
selama 2,4 detik. Saat gerhana Bulan dan
Matahari terjadi, Kamu pasti tahu apa itu matahari dan bulan. Namun, bagaimana
ketika gerhana Regulus terjadi? Sudahkah Kamu tahu Regulus?
Meski Kamu dan banyak orang mungkin tak tahu Regulus karena
jarang mengamatinya, bintang itu sebenarnya dikenal sejak ribuan tahun lalu,
mewarnai beragam peradaban.
Menurut Encyclopedia of Astronomy and Astrophysics, Regulus
tercatat dalam teks Persia yang berusia 3.000 tahun, dikenal sebagai Venant. Rasi Leo, "rumah" Regulus, juga disebut dalam teks
Romawi Kuno "Tetrabiblos" yang ditulis Ptolemy, astronom dan
matematikawan sekaligus penulis dari Alexandria.
Nama "Regulus" merupakan pemberian dari petualang
Nicolaus Copernicus. Nama yang diberikan pada abad ke-16 itu berarti "raja
kecil". Bintang yang dalam bahasa Arab disebut "Malikiyy"
itu terletak pada jarak 77 tahun cahaya dari Bumi.
Dalam hal kecepatan rotasi, bintang yang berwarna putih
kebiruan itu jauh berbeda dengan matahari.
Jika matahari memerlukan waktu hampir sebulan untuk berotasi
pada porosnya, Regulus memerlukan waktu 15,9 jam saja.
Rotasi Regulus yang sangat cepat membuat bagian
ekuatorialnya membumbung, membuatnya tampak seperti jeruk yang dipencet bila
dilihat dari dekat. Akibat rotasi yang cepat itu pula, bagian kutub bintang itu
lebih panas dari ekuatorialnya. Cahaya dari kutub bintang itu juga lebih
terang.
Meski hanya tampak sebagai satu bintang bila dilihat dengan
mata telanjang dari Bumi, Regulus sebenarnya merupakan kesatuan dari empat
bintang yang terbagi menjadi dua pasang. Ada yang disebut Regulus A, terdiri dari bintang utama dan
pendamping yang kecil. Selain itu, ada Regulus B, C, dan D.
Sebagai bintang, Regulus sangat panas, jauh lebih panas dari
matahari. Suhunya mencapai sekitar 12.000 derajat Celsius. Apabila Regulus adalah bintang di tata surya, maka tak akan
ada kehidupan di Bumi. Lautan Bumi akan mendidih.
Di rasi Leo atau Singa yang berbentuk seperti sabit, Regulus
berada di pusatnya. Atas dasar posisi itu, Regulus kerap disebut "Jantung
Singa". Regulus baik sebagai obyek observasi pada bulan Januari
hingga Juni. Dengan predikat sebagai bintang paling cerlang ke-21 bila diamati
dari Bumi, Regulus mudah terlihat.
Gerhana Regulus sendiri bisa disebabkan oleh beragam obyek
langit. Asteroid hanya salah satu penyebab. Gerhana Regulus yang langka adalah yang disebabkan oleh
Venus. Terakhir, gerhana Regulus akibat Venus terjadi pada tahun 1959. Gerhana
berikutnya akan terjadi pada 2044.
Bagi yang berada di Sumatera Selatan dan Bengkulu, Minggu
malam adalah waktu yang tepat untuk mengamati gerhana Regulus.
Jangan lupa menyaksikan fenomena langit nan menarik ini.
Berikut panduan untuk menikmatinya.
loading...
ConversionConversion EmoticonEmoticon